Daftar Isi
Tak ada pilihan selain The New Normal menjadi waktu untuk mencatat dan mengatur serta mengevaluasi keuangan di tengah suasana pandemi Corona yang juga masih belum usai ini. Tak lain karena kondisi kehidupan –yang sangat bisa diukur dengan keadaan ekonomi ini– juga harus terus berjalan dan tak terseok, apalagi terantuk batu dan kemudian terjerumus ke dalam lubang.
Dapat diketahui bahwa akibat mewabahnya virus corona ini, tak sedikit orang yang penghasilan pun pemasukannya berkurang drastis akibat pekerjaan tertunda sebagai dampak dari pembatasan sosial yang membuat pola hidup akhir-akhir ini berubah. Pandemi COVID-19 ini membawa dampak tak kecil bagi mereka yang penghasilannya terhalang akibat pembatasan sosial, sebagai contih adalah para pekerja lepas dan berkutat di lapangan, juga para pemilik usaha, baik dari yang pedagang asongan, pedagang kaki lima, hingga para pemilik restoran yang sepi pengunjung karena orang diatur agar tetap berdiam diri di rumah.
Seturut dengan kondisi tak menentu akibat virus Corona tersebut, hal penting yang harus dilakukan adalah mencatat dan sekaligus mengevaluasi penghasilan yang didapat selama wabah virus corona masih tersebar. Sementara laku mengevaluasi itu, langkah awal yang harus diterapkan tentu saja adalah dengan cara tertib dan rapi dalam membuat catatan dari besaran penghasilan. Pun dengan para pekerja lepas, mereka tak bisa tidak, juga harus dapat mengevaluasi aset yang dimiliki dalam bentuk uang hingga perhiasan emas. Selain itu hitung juga besaran penghasilan yang diperoleh dari proyek-proyek yang sudah dikerjakan.
Setelah rapi dan tertib dalam melakukan pencatatan serta pengevaluasian, selanjutnya mari membuat perhitungan tentang besaran pengeluaran selama tiga bulan ke depan. Apa saja dan di mana saja akan kita alokasikan dana yang dimiliki.
Pada pengeluaran ini akan lebih baik ketika kita juga memastikan beberapa pos. Sebagai contoh adalah pos untuk pengeluaran wajib, dan juga pos untuk pengeluaran pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Maksud dari pengeluaran wajib di antaranya adalah cicilan, biaya listrik, uang sekolah anak, gaji untuk asisten rumah tangga, dan hal wajib semacamnya. Sementara perihal pengeluaran untuk kebutuhan dapat disesuaikan dengan kondisi kita, baik itu uang untuk makan, untuk transportas/beli bensin, belanja kebutuhan dapur, dan hal lain semacamnya.
Hal yang juga harus digaris-bawahi adalah juga mengenai penyesuaian menu yang tak selalu harus menuruti keinginan. Bahwa dalam situasi sulit, kebutuhanlah yang lebih harus diutamakan. Hidup hemat menjadi perihal lain yang dapat ditempuh juga. Artinya, kita juga wajib bisa memilah dan memilih, mana yang prioritas dan mana yang tidak. Sekali lagi, sila penuhi kebutuhan, sama sekali bukan keinginan. Mari mengatur pengeluaran sesuai dengan kesanggupan, dan hindari gaya hidup tinggi, apalagi berfoya-foya saat pemasukan terbatas.
The New Normal menjadi waktu untuk mencatat dan mengatur serta mengevaluasi keuangan ini bisa kita aplikasikan selama tiga bulan ke depan, yang itu bisa dipraktekkan bahwa apapun yang sifatnya keinginan, sangat tegas untuk ditunda terlebih dahulu. Pasalnya saat pandemi ini masih mempengaruhi kehidupan kita, terutama perihal keuangan, maka sadari bahwa kita sedang tidak punya waktu untuk menuruti kemewahan dan membayar keinginan. Lebih dari itu, fokus yang harus kita ciptakan adalah kewajiban dan kebutuhan. Kalaupun misalnya besaran pengeluaran lebih tinggi dibanding dari penghasilan, maka selisih yang ada harus bisa diatasi dari tabungan ataupun dana darurat.
Memang akan menjadi sangat berat apabila kita sama sekali tak memiliki dana darurat. Namun jangan lantas menyerah dan langsung pasrah. Karena Tuhan menciptakan manusia seperti kita ini disertai dengan banyak kelebihan. Kita memiliki hasrat untuk terus berusaha, dan kitapun memiliki akal budi yang dapat difungsikan untuk terus berpikir waras. Karena itu apabila memiliki banyak cicilan, mari kita evaluasi lagi mana barang yang memang benar-benar dibutuhkan ataupun diperlukan dan mana yang tidak.
Tatkala kita telah bisa mengevaluasi barang yang benar-benar dibutuhkan tadi, maka apabila memang dirasa ada barang kita yang masih bisa disiasati dengan sikap lain dan terlihat tidak terlalu penting, akan lebih baik jika barang tersebut dijual, sehingga kita bakal memiliki pemasukan. Hal yang perlu diingat adalah, bahwa di antara banyak cicilan yang kita miliki, ambil saja sebagai contoh adalah cicilan gawai ataupun cicilan motor, maka ada yang sifatnya lebih penting dari itu semua, dan ia sangat layak untuk dipertahankan serta diperjuangkan, ialah cicilan rumah tinggal.
Sekali lagi yang harus diingat dan dicamkan, bahwa kondisi yang mengharuskan kita untuk berdiam diri di rumah akibat pemberlakuan PSBB alias Pembatasan Sosial Berskala Besar, yang kemudian menuju tatanan baru a.k.a The New Normal menjadi waktu untuk mencatat dan mengatur serta mengevaluasi keuangan. Ini berarti, menjadi kesempatan bagi semua untuk memulai, termasuk Anda yang selama ini tak peduli, atau bahkan malas dalam urusan pencatatan keuangana.
Ketika kita ada di era milenial, yaitu era yang banyak hal dilakukan secara digital, tersedia banyak aplikasi penunjang dalam mendukung terciptanya pencatatan keuangan yang lebih praktis. Karena itu, apabila Anda malas, atau bahkan khawatir hilang pun rusak ketika harus mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan, sila pilih aplikasi yang tepat dan mudah digunakan. Sebagai contoh adalah Buku Kas Online AKUNbiz, ia merupakan alat pencatatan keuangan sederhana, yang juga telah dilengkapi beberapa fitur pelengkap, sehingga akan mudah dalam melihat laporan guna langkah evaluasi.
Faktor keselamatan kita dalam ekonomi, teritama terkait dengan sehatnya finansial kita, tak lain adalah sesegera mungkin mencatat, mengelola, dan mengevaluasinya, tak peduli seberapa besar penghasilan yang Anda miliki. Karena, tanpa ada manajemen yang baik, semuanya sangat mungkin hanya akan “menguap” tak bersisa. []