KETIKA berbicara mengenai ‘Sukses Bersama dalam Satu Teamwork‘ ada proverb orang-orang Afrika yang tak boleh dilupakan, yaitu “If you want to run fast, run alone. If you want to run far, run together!.” Atau dalam bahasa Indonesianya adalah “Apabila hendak berlari cepat, maka berlarilah sendirian, namun jika menginginkan lari jarak-jauh, silakan berlari bersama orang lain!”
Dari idiom di atas, kita bisa berpikir bahwa memang “sebuah kebersamaan” itu tak bisa ditinggalkan, apalagi ketika kita memiliki satu langkah jauh ke depan. Tim sangat dibutuhkan untuk menopangnya. Namun begitu, bukan berarti kesendirian itu sudah tak diperlukan pada saat kita menjalani kebersamaan. Pasalnya dengan kesendirian, kita akan bisa berkontemplasi, mengulas diri, dan hening dalam berpikir. Lebih dari itu, dengan “sendiri” kita jugabisa mengejar ketertinggalan.
Hal di atas berlaku juga di tengah ketatnya persaingan dunia modern seperti sekarang ini. Bahwa sebuah tim memiliki fungsi utama sebagai tulang punggung suatu organisasi ataupun instansi. Pasalnya, selain memiliki kecenderungan mampu berlari jarak jauh, dengan tim kita juga tak akan kehilangan kecepatan, bahkan dalam hal pemecahan masalah hidup.
Dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi, baik bersama tim ataupun sendirian, sudah barang tentu kita bisa menilai bahwa baik beraktivitas bersama tim ataupun tidak, keduanya memiliki konsekuensinya masing-masing. Lalu bagaimana jika pertanyaan yang muncul adalah; hendak berlari jauh, namun juga bisa kencang? Jawabannya tak lain adalah tetap bersama tim namun juga mampu mandiri dalam tanggungjawab.
Jika pertanyaannya dipersempit, oke bisa mandiri asal digembleng pribadi masing-masing manusianya. Tapi bagaimana jika pertanyaan lanjutannya adalah, “bagaimana bisa kompak berlarinya, sehingga di depan nanti, ketika sudah bisa berlari jauh, tetap selalu berbarengan? Tak lain, jawabannya tentu saja adalah “Membangun teamwork yang baik dan solid.”
Daftar Isi
Di bawah ini adalah beberapa tips yang bisa ditempuh pada saat kita hendak membangun sebuah teamwork;
Dalam berorganisasi yang faktor penyangga utama di dalamnya adalah sebuah kebersamaan, maka seyogyanya dibentuk satu struktur organisasi yang mampu merepresentasikan sebagai tim. Hanya saja jumlah tim dalam perkumpulan ataupun organisasi ini jangan banyak-banyak, karena ketika itu dilakukan justru akan membuatnya tidak efisien.
Baca juga motivasi sukses perjalanan usaha Bob Sadino
Setiap anggota tim harus mengerti, memahami, dan kemudian menjalani setiap tujuan dan taget yang musti dicapai. Selain itu, setiap anggota tim juga wajib memiliki langkah visioner dan tindakan terukur. Jika ini telah kompak dimiliki setiap individu dalam sebuah tim, niscaya ada gambaran jelas mengenai arah ke depannya, yang selanjutnya ada kebersamaan dalam mewujudkan satu tujuan.
Baik secara horisontal ataupun vertikal semua orang bisa bebas dalam hal menyatakan pendapat, namun tetap dalam koridor etika yang diatur secara bersama. Anggota tim harus bisa menerima dan menghargai perbedaan. Bahkan anggota tim dipersilakan mengemukakan ide-ide gila mereka demi mencapai proses kreatifitas dan inovatif yang istimewa.
Tatkala terget sudah ada dan jelas tujuannya, dan personilnya pun memiliki struktur rapih, maka setiap anggota tim juga wajib mendapatkan peran, tanggung jawab serta wewenang jelas, yang itu semua dijalankan dari hasil kesepakatan bersama.
Di sini, masing-masing individu sudah semestinya sadar bahwa iapun adalah seorang pemimpin yang memiliki tugas dalam berbagi kepemimpinan kepada pemimpin-pemimpin lain. Artinya, ada bagian yang musti dikerjakan sendiri, namun ada pula sistem pendelegasian kepemimpinan, yaitu kepada semua anggota tim yang memiliki potensi, berkarakter, dan juga mempunyai kapabilitas kepemimpinan.
Pada kondisi ini, prinsip-prinsip monarkhi, yaitu senioritas memandang yuniornya lebih rendah, sudah semestinya kudu dibuang. Tetap menatruh penghargaan kepada karyawan senior, akan tetapi juga tak usah memaksakan mereka guna menjadi pemimpin hanya karena lebih tua. Apalagi jika tua namun minim kompetensi dan karakter leadership.
Salah satu indikasi terukur dalam rekruitmen anggota tim adalah jangan asal-asalan dalam menarik sebagai anggota teamwork tadi. Artinya, tiada salahnya jika dalam menerapkan sistem seleksi penerimaan pegawai harus transparan dan akuntabel. Gunakan tim ahli dalam hal ini, bisa saja psikolog, ataupun sosiolog. Yang pasti, sangat dilarang menerapkan sikap nepotisme dalam hal ini agar bisa mempeoleh pribadi yang the right man in the right place.
Yang acap terjadi di sekitar kita adalah paradigma manajer menganggap bawahannya adalah alat ataupun mesin. Para manajer ataupun atasan jamak menganggap bahwa bawahan-bawahannya adalah lebih rendah, tiada memiliki ide cerdas, apalagi karya kreatif. Padahal itu semua salah besar. Kenyataannya ada banyak instansi yang tetap mampu bertahan dan terjaga eksistensinya justru hanya karena pihak manajemen selalu memaksimalkan kinerja mereka.
Jamak terjadi dalam dunia kerja adalah adanya persaingan antarindividu. Apalagi jika hal itu menyangkut imbal pada pendapatan. Dan kepedulian dan kebersamaan pada teman satu tim adakalanya juga dikesampingkan ketika ambisinya sudah pada imbalan upah ataupun jabatan. Menghadapi hal seperti ini, seyogyanya pemimpin memiliki kebijaksanaan dalam menyikapinya.
Jika dilihat positifnya, persaingan antarindividu ini memang memiliki potensi memunculkan semangat kerja tinggi, dengan syarat harus jauh dari niat-niat negatif. Sebagai contoh mencari muka, menjelek-jelakkan rekan kerja, meng-klaim hasil kerja orang lain, dan masih banyak lagi. Karenanya, sang pemimpin dituntut mampu memperlihatkan kebanggaan setiap anggota sebagai sebuah tim. Tiada orang hebat dalam satu tim tanpa kebersamaan. Lain dari itu, ketika kebersamaan itu selalu hadir pada setiap individu, yang akan selalu muncul adalah tim yang hebat, sama sekali bukan individu yang hebat.
Di balik orang-orang dengan respon tinggi, masih banyak orang yang jika dibilang menggunakan suara tak akan peduli. Karenanya, daripada kehabisan tenaga untuk ngomel, ataupun kering air ludah hanya untuk teriak-teriak tak keruan, alangkah lebih baik jika mau menunjukkan perilaku positif, sehingga secara otomatis telah memberi contoh pengajaran baik dan nyata di depan mata mereka.
Job description dan Standard Operating Procedure menjadi hal yang tak bisa tidak harus dihadirkan sebagai syarat mutlak dalam sebuah tim untuk bergerak bersama. Setiap individu wajib sepakat terhadap SOP yang dibuat, yang selanjutnya juga bekerja menurut SOP tersebut. Secara rutin harus ada koordinasi antaranggota tim, juga antardivisi dalam tim.
Job desciption pun harus diterapkan secara nyata dan jelas pada setiap individu. Karena ketika ada koordinasi antar lini, kemudian setiap individu juga menerapkan pekerjaan sesuai jobdesk-nya, ke depan akan tercapai kebersamaan teamwork, dan secara otomatis kecil kemungkinan terjadinya konflik berkepanjangan.
Penghargaan pantas untuk individu yang berprestasi dan juga prestasi tim menjadi salah satu kunci keberhasilan. Karena dengan penghargaan alias reward, daya juang dan semangat kerja menjadi lebih terpacu. Apalagi jika suasana hati senang karena merasa dihargai jerih-oayahnya.
Sebaliknya, bagi tim dan juga individu di dalamnya yang melakukan pelanggaran, baik sengaja ataupun tidak, sudah semestinya juga mendapatkan hukuman sesuai aturan berlaku. Dari sini ada sifat ketelitian yang terbangun, ada pula langkah kehati-hatian dan tak grusah-grusuh dalam mempersembahkan kinerjanya. Hasil istimewa, baik pada tiap individu ataupun pada satu teamwork tentu tak akan lari dari usaha dan kinerja prima, bukan?