Bisnis kuliner menjadi salah satu yang terkena dampak dari mewabahnya virus corona di Indonesia. Selain karena menurunnya penjualan, beberapa bisnis bahkan terpaksa harus gulung tikar akibat dari resesi ekonomi yang terjadi.
Selain itu, kebijakan makan di tempat pun kini mulai ditiadakan. Orang-orang tetap bisa membeli makanan di sebuah restoran cepat saji, namun mereka hanya melayani pesanan take away maupun drive thru.
Daftar Isi
Nah, belakangan pemerintah mulai menggalakkan informasi terkait situasi new normal. New normal sendiri merupakan kondisi di mana orang-orang mulai harus menerima untuk hidup berdampingan dengan virus corona atau COVID-19. Tentunya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan seperti dengan menggunakan masker, rajin cuci tangan dan menghindari berhimpitan di keramaian.
Kondisi new normal yang digadang-gadang akan menjadi tatanan hidup baru bagi masyarakat ini berhasil menimbulkan banyak pro dan kontra. Selain di kalangan masyarakat, kondisi new normal sedikit banyak juga akan berpengaruh terhadap segmen bisnis. Salah satunya adalah pada bidang bisnis kuliner.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman, mengatakan bahwa terkait kebijakan new normal akan terdapat banyak perubahan yang harus segera disesuaikan oleh para pelaku bisnis di bidang food and beverage.
Dilansir dari Kompas.com, menurut Adhi, terdapat beberapa hal terkait perubahan kebijakan bisnis kuliner yang harus diantisipasi oleh para pelaku usaha di bidang ini. Terutama dalam menyikapi situasi new normal yang akan segera digencarkan. Berikut beberapa di antaranya:
Shifting in sale channels atau pergeseran saluran penjualan, merupakan salah satu prediksi yang mungkin akan diterapkan pada semua jenis bisnis makanan dan minuman. Semua tempat makan saat ini harus mengikuti protokol kesehatan untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.
Ada begitu banyak contoh yang dilakukan oleh para pelaku usaha kuliner terkait hal ini. Salah satunya adalah dengan membungkus produknya dengan kresek plastik yang kemudian diikat dengan cable ties.
Cara ini dianggap membuktikan bahwa para pelaku usaha kuliner sudah siap untuk menghadapi tatanan hidup baru dengan kondisi new normal.
Selanjutnya, menurut Adhi, para pelaku usaha di masa yang sekarang juga harus mulai mengubah pola pikir mereka terkait mencari pendapatan dan melakukan pengeluaran.
Akan terjadi perubahan yang signifikan terkait kebiasaan orang-orang dalam berbelanja makanan. Mereka mungkin tidak akan lagi mencari makanan yang mewah dan mahal, namun sebaliknya. Selama makanan tersebut mengenyangkan serta memiliki rasa yang lezat dan dapat memenuhi gizi yang dibutuhkan tubuh.
Berikutnya, karena wabah virus corona ini sedikit banyak orang juga mulai akan memperhatikan kebersihan serta keamanan dari produk makanan yang sebelumnya telah mereka beli. Hal ini tentu bisa dijadikan koreksi bagi para pelaku usaha yang kurang memperhatikan kebersihan maupun kehigienisan makanannya.
Untuk mendapatkan konsumen yang loyal, Anda perlu mempertahankan kualitas produk makanan yang dijual sekaligus terkait kebersihan dan keamanannya.
Jika dulu seseorang berbelanja dengan memperhatikan brand atau merek terlebih dahulu. Seiring dengan wabah corona yang mengubah gaya hidup banyak orang, kebiasaan ini pun juga akan mulai berubah.
Diperkirakan, brand akan menjadi perhatian kesekian saat seseorang membeli sebuah produk makanan/minuman. Mereka tak akan mempedulikan lagi hal ini karena yang terpenting adalah mereka mendapatkan produk makanan yang serupa namun tetap safety menjadi prioritas.
Maka dari itu, untuk para pelaku usaha di luar sana. Mulailah perhatikan keamanan produk makanan dan minumanmu. Agar pelanggan juga tak akan pindah ke lain hati.