PERTEMUAN bersama tujuh Pebisnis Muda Wirausaha Mandiri yang penuh keakraban terjadi masih dalam suasana lebaran Idul Fitri 1438 Hijriah. Tepatnya pada hari Sabtu, sore hari, tanggal 1 Juli 2017. Yaitu dengan mengambil tempat di rumah makan Ingkung Kuali, Desa Wisata Kalakijo RT 02, Guwosari, Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perlu diketahui bahwa owner Rumah Makan Ingkung Kuali ini adalah juga bagian dari pengusaha muda Wirausaha Mandiri regional Yogyakarta tahun 2016.
Rekan pengusaha muda yang berkumpul bersama di antaranya; Joddie founder AKUNbiz, Nana sang mahasiswi sekaligus Florist muda dengan bunga-bunga artificial-nya, Sunarya si tukang coding, Fajar si penjual tas, Arsandi si tukang cokelat, dan Andika sosok muda modivikator sepeda motor dan peternak ikan lele. Sementara Mbak Mega sebagai sosok tuan rumah sekaligus pemilik dari Rumah makan Ingkung Kuali, cukup ramah dalam menjamu. Bahkan tanpa jaim beliau juga turut larut dalam candaan di sela menikmati hidangan yang disajikan.
Jika diamati memang tak ada agenda khusus dalam pertemuan bersama pebisnis muda Wirausaha Mandiri ini, selain tentu hanya ingin menikmati kelezatan hidangan ingkung kuali di Pajangan Bantul. Apalagi jika dilihat dari volumenya, toh sudah teramat cukup obrolan online yang dilakukan selama ini melalui chatting-group. Hanya saja, terlepas dari banyak keuntungan yang bisa kita peroleh dari pesatnya perkembangan sarana teknologi informasi & komunikasi, sadar ataupun tidak, sesungguhnya pada era milenial ini kita juga telah dijauhkan dari kehidupan sosial dunia nyata. Karena dunia maya seolah telah meracuni kehidupan kita.
Iya, hanya ngobrol ngalor-ngidul. Tapi bukan berarti tak membawa apa-apa selepas dari pertemuan bersama pebisnis muda Wirausaha Mandiri yang obrolannya tanpa bahasan khusus itu.
Karena setelah ngobrol ngoyoworo ngalor-ngidul, toh ada banyak kemungkinan yang bisa dikembangkan, yang awalnya tak pernah kita perhatikan. Sebagai contoh, dengan melihat saja sekilas rumah makan Ingkung Kuali, ada banyak gambaran bisa dilakukan. Ini tempatnya ndeso, untuk masuk saja akses jalannya penuh liku, tapi kenapa bisa laris manis? Rumah makan Ingkung Kuali ada di sebelah kebon tebu, yang boleh dibilang tanahnya sedikit kering, tapi kenapa justru hal itu bisa disulap demi memperindah pemandangan sehingga semakin membuat nyaman dalam menikmati hidangan?
Dan jika melihat sekilas hidangan bernama “Ingkung Kuali”, sejatinya kan serupa dengan ayam bekakak yang dahulu biasa kita temui pada saat orang-orang (Jawa) mengadakan syukuran selamatan. Ialah yang menjadi bagian dari ritual genduren alias kenduri. Tapi dengan inovasi, kenapa justru ingkung (ayam bekakak) itu memiliki nilai jual?
Kesimpulan yang bisa dicerna dari pertemuan bersama pebisnis muda Wirausaha Mandiri adalah, bahwa pertemuan secara offline tetap tak bisa diabaikan! Karena selain memiliki sifat “piknik” yang memberi hiburan dan membuat fresh otak, ada banyak hal lain yang akan membukakan mata dan pola pikir kita. Apalagi jika kita bertemu dengan pebisnis lintas disiplin. Bisa dibayangkan; Bagaimana pengusaha-peternak ikan lele –yang kesehariannya berkutat dengan air, kemudian bertemu dengan pengembang aplikasi online, yang saban harinya mabok coding? Atau bagaimana nyambungnya obrolan tukang jualan nasi dengan florist alias tukang kembang?
Bertemu dan ngobrol dengan orang lain bisa saja dikatakan sebagai perbuatan membuang waktu. Namun sebaliknya, justru dengan bertemu dan ngobrol, sesungguhnya kita akan tahu dan mengerti tentang kebutuhan orang di luar sana. Kemudian akan ada hal yang bisa kita pikir dan lakukan guna memenuhinya. Artinya, main ya main, tapi selalu ambil manfaat dari bermain-main itu. Karena akan ada banyak hal yang membuka peluang kita dalam mengembangkan diri. []