MENGATUR keuangan dengan baik menjadi hal yang tak bisa lagi diabaikan dalam menjalani kehidupan dewasa ini. Iya, ada yang bilang bahwa uang bukan segalanya karena memang tak segala hal bisa dihargai dengan uang. Namun bagaimana jadinya ketika kita sedang tak memiliki uang padahal zaman yang kita lalui ini bernama era millenial dan juga dengan lingkungan digital?
Tak akan menjadi soal adalah ketika kita hidup di tengah hutan dengan mata rantai yang kita lalui sudah pasti. Yaitu ketika hendak menikmati buah-buahan tinggal memetik hasil pepohonan di tengah hutan, saat hendak membikin rumah tinggal butuh tenaga dan ketekunan untuk mengambil ranting, dahan, dan pohon. Juga sewaktu hendak mandi tinggal menuju air di pancuran. Itu semua memilii kemungkinan tak membutuhkan uang dalam pengoperasiannya.
Namun apakah hal itu masih bisa kita jalankan di tengah gegap gempitanya zaman, dengan pesatnya kemajuan teknologi, dan juga perubahan (termasuk adat, budaya, dan kebiasaan) di kanan-kiri kita? Ya, zaman sedikit-banyak telah berubah, dan mau tak mau kitapun musti mengikuti arus yang ada, aluh-alih kudu menentangnya dengan dalih idealisme apapun. Karenanya orang Jawa dengan pepatahnya acap bilang “empan nggo papan,” alias menyesuaikan waktu, tempat, dan keadaan.
Artinya, keuangan merupakan perihal yang tak bisa lagi kita pisahkan dalam menjalani hidup ini. Dengan begitu secara otomatis kitapun musti mampu mengatur keuangan dengan baik, harus pintar-pintar dalam mengelolanya sesedikit apapun yang kita miliki.
Daftar Isi
“Apabila ingin pergi cepat, pergilah sendiri. Namun jika menghendaki pergi jauh, pergilah bersama-sama.”
Kalimat quotation yang terpampang di atas dikatakan sebagai pepatah dari belahan bumi Afrika sana. Sebuah pepatah yang sejatinya sangat masuk akal dalam menjalani segala aktivitas. Bahwa dengan berjalan sendiri memang kita akan cepat sampai pada tujuan, namun ketika tak hanya sebatas mengejar ‘kecepatan semata’ tentu yang dibutuhkan adalah kebersamaan dengan orang/pihak lain. Membentuk team-work sebagaimana bisnis kuliner yang dilakoni putra Presiden Jokowi misalnya.
Hal yang bisa dijadikan contoh adalah perihal aktivitas berkarya yang dilakoni oleh para seniman. Memang tak sedikit yang bisa kita lihat bahwa dengan kesendirian akan mampu mencapai sebuah tujuan keberhasilan. Joko Pekik, sang perupa yang saat ini telah menjadi selebritis ternama di dunia seni rupa umpamanya, karena memang karyanya mampu menembus harga mahal. Itu bisa diraih toh ketika usianya –bisa dikatakan tak lagi muda. Kenyataan ini memang menakjubkan, namun ada yang lebih muda dan juga tak kalah menakjubkannya ketika dilakoni secara bersama. Yaitu pertunjukan epos kuno India, Mahabharata.
Hiroshi Koike Bridge Project menciptakan versinya sendiri atas epos kuno India, Mahabharata, dalam 5 bagian, lalu membaginya dalam 2 bagian (bagian pertama / bagian akhir), hingga pada akhirnya seluruh kisah Mahabharata tersajikan secara utuh. Setiap produksi akan dilakukan di negara berbeda setiap tahun dan dipentaskan di seluruh dunia. Sebelumnya, proses penciptaan pertunjukan berlangsung di Kamboja (Mahabharata Part 1), India (Mahabharata Part 2), dan Jepang (Mahabharata Part 2.5).
Dalam pertunjukan ini, seperti pada rangkaian pertunjukan Mahabharata yang sudah-sudah, sutradara Koike Hiroshi asal Jepang, akan berkolaborasi dengan seniman-seniman dari berbagai Negara di Asia. Kali ini seniman-seniman tersebut adalah aktor/penari, Carlon Matobato (Filipina), Gunawan Maryanto (Indonesia), Lee Swee Keong (Malaysia), Riyo Tulus Pernando (Indonesia), Sachiko Shirai (Jepang), Sandhidea Cahyo Narpati (Indonesia), Suryo Purnomo (Indonesia), Testuro Koyano (Jepang), dan Wangi Indriya (Indonesia). Selain itu, juga ada nama-nama lain dari Indonesia seperti, desainer Lulu Lutfi Labibi untuk kostum, dan perupa Agung Kurniawan untuk artistik panggung.
Dua paragraf di atas adalah kalimat yang terpagut dari laman Mahabharata Part 3: Kurusetra War oleh Dewan kesenian Jakarta.
Kembali lagi, yang dapat kita petik dari contoh di atas adalah sebuah kebersamaan serta ketertiban. Kebersamaan karena dilakoni oleh banyak personal yang itu lintas batas. Baik batas suku, batas agama, batas ras, batas wilayah, bahkan batas kewarganegaraan dengan berbagai bahasa yang ada. Namun dengan semangat kebersamaan, pada akhirnya petunjukan itu bisa dilakoni keliling dunia. Jauh dari lokalitas yang ada.
Selain kebersamaan, tentu ada pula sikap “tertib dan disiplin” dalam menjalaninya. Ketika tak tertib dan jauh dari sifat disiplin dalam berlatih, tentu karya itu tak bisa dilakoni dengan kompak ritmenya dan juga menarik pengadeganannya. Sebaliknya, justru akan menjadi kacau dan tak keruan hasilnya.
Selain kebersamaan, adalah tertib dan disiplin yang menjadi kunci sebuah kesuksesan. Dan dalam mengatur keuangan dengan baik, juga sangat dibutuhkan faktor-faktor tersebut. Tertib dalam pengalokasian anggaran, disiplin dalam melaksanakan pengeluaran pun mengusahakan pendapatan, serta butuh kerjasama antar-lini.
Lalu bagaimana agar ketiga kunci itu bisa dilaksanakan tanpa banyak gangguan? Tak lain, kuncinya adalah pencatatan!
Dan kini, di era digital ini, telah banyak alat yang bisa digunakan sebagai sarana penunjang perihal mengatur keuangan dengan baik. Salah satunya adalah aplikasi buku kas online AKUN.biz, yaitu sebuah aplikasi yang sifatnya mirip pembukuan sederhana namun dilengkapi beberapa fitur lain yang bisa menunjang kemajuan Anda. Di antaranya tersedia fitur multi-user. Yaitu fitur yang memungkinkan Anda tak bekerja sendirian. Bisa bekerjasama dan berkolaborasi dengan pihak lain, dan juga bisa melakukan penginputan ataupun pemeriksaan data kapan saja, di mana saja, serta oleh siapa saja (tentu sesuai hak akses yang bisa diatur di dalamnya).
[Baca juga: Trik Mengatur Keuangan agar Masa Tua Bahagia]
Jadi tunggu apa lagi? Mari mulai merapikan aktivitas, songsong keberhasilan dengan terus berusaha untuk selalu tertib dan disiplin. Juga dengan selalu bekerjasama kepada pihak lain, agar perjalanan sukses ini bisa merambah ke wilayah yang lebih jauh. [uth]