Persoalan keuangan termasuk tentang manajemen keuangan jelang melahirkan yang beberapa kali hinggap dalam benak seolah mendadak sirna di depan mata. Sebaliknya, tak bisa ditutupi lagi aura kebahagiaan yang terpancar di wajah Maria. Ronanya merah jambu. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Sementara itu suasana sore di taman sedang enak-enaknya. Sinar matahari tak terik. Angin pun bertiup sepoi-sepoi.
“Mbak pasti ingat pernah memberiku beberapa nasihat,” kata Maria setelah menyeruput es kopi dalam gelas kertas miliknya.
“Ya,” jawab Arini. Ia ingat memberi banyak nasihat pada Maria, adik perempuan semata wayangnya.
“Tapi, nasihat yang mana?”
Maria nyengir. Ia mengaduk-aduk kopi lalu melanjutkan bicaranya. “Mbak pernah bilang, ‘anggaran keuanganmmu itu nggak tertulis di batu. Manajemen keuangan itu akan berubah seiring pertumbuhan keluargamu. Kebutuhan biaya hidup keluarga akan terus bertambah. Apalagi kalau….”
Maria malah main rahasia-rahasiaan. Tapi, senyum masih terus mengembang. “Ada apa, nih?” tanya Arini. “Kayaknya aku bakal mendengar kabar gembira?”
“Tunggu dulu,” kata Maria. “Biar aku selesaiin dulu mengulangi nasihat dari Mbak Arini. Koreksi kalau ada yang salah, ya?”
“Oke, oke,” akhirnya Arini mengalah.
Maria mengingat-ingat sejenak. “Ada banyak hal yang muncul saat kamu akan menjadi orangtua untuk pertama kali. Jadi, pertama, siapkan asuransi kesehatan.” Ia menahan supaya Arini tak buru-buru menebak ke arah mana pembicaraan. “Biaya kesehatan itu mahal. Apalagi saat kamu hemm—hemm—hemm. Belum lagi untuk biaya rumah sakit untuk biaya heemm—hemm—hemmm.”
“Aku kayaknya tahu apa itu hemm—hemm—hemm.”
Maria nyengir. Ia terus melanjutkan perkataannya. Tak memberi kesempatan Arini menebak. “Pastikan kamu memahami cakupan asuransi kesehatan. Terutama untuk mengkover biaya hemm—hemm—hemm. Kemudian yang kedua, manajemen pekerjaan. Kamu harus tahu apakah pekerjaanmu memberi izin untuk cuti hemm—hemm…”
Karena tak tahan, Maria malah membocorkan sendiri rahasia kata di balik ‘hemm—hemm—hemm’.
“Izin cuti untuk melahirkan,” kata Maria yang disambut binar riang di wajah Arini. “Jika kantormu tidak memiliki kebijakan cuti hamil, mau tidak mau kamu harus menabung ekstra untuk menutupi kebutuhan selama cuti berlangsung. Jika kamu tetap mendapatkan bayaran, kamu bisa memanfaatkan waktu cuti sebagai bagian dari masa bersalin dengan sebaik-baiknya.”
“Kamu… haaa…!” Arini tak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
Maria mengangguk-angguk. “Tunggu, ya. Aku mau melanjutkan beberapa nasihat dari Mbak tentang manajemen keuangan jelang melahirkan buah hati dan tentu saja setelah melahirkan.”
“Oke, oke.” Arini jelas tak dapat menahan rasa senangnya. Sudah lama Maria menikah. Ia dan suaminya sangat mengharapkan kehadiran seorang anak. Lama tak datang, akhirnya yang dinanti-nanti terjadi juga.
“Kehamilan dan kelahiran adalah hal yang sangat penting untuk dipersiapkan,” Maria mengulangi perkataan Arini yang pernah diucapkan beberapa waktu lalu. “Tips selanjutnya atau yang ketiga adalaaah… susun anggaran baru. Manajeman keuangan keluarga akan saaangat berubah saat membawa bayi pulang ke rumah. Ada biaya baru yang ditambahkan ke anggaran, seperti pakaian-popok, perawatan anak, dan makanan tambahan. Sekarang, ubahlah anggaran untuk persiapan paska melahirkan.”
“Sudah berapa bulan, siih?” Arini mengelus perut adik perempuannya yang masih belum begitu tampak buncit. Maria berhenti merepet. Senyum bahagia tak bisa disembunyikan dari rona wajahnya yang begitu berbinar.
“Baru dua bulan, Mbak,” jawab Maria. “Aku sudah ngelakuin semua nasihat Mbak tentang persiapan saat kehamilan dan kelahiran.”
“Sudah semua?”
“Kurang satu lagi,” Maria mengacungkan telunjuknya sambil nyengir.
“Apa? Apa?” tanya Arini penasaran.
“Mbak selalu bilang sebagai ibu baru, pasti akan ada masa frustrasi. Pasti bakal ada banyak pertanyaan seperti ‘Apa aku sudah merawat bayi dengan benar?’, ‘Aku kudu ngapain sekarang?’, ‘Benar nggak, sih, yang kulakuin sekarang’, dan masih banyak yang lain. Dan Mbak selalu bilang kalau semuanya akan terasa lebih mudah dan nggak membikin stress saat semuanya sudah disiapkan secara finansial,” kata Maria.
“Yap!” sahut Arini. “Bener banget. Keuangan memang bukan segalanya. Tapi, kalau semuanya sudah direncanakan dengan baik, menjalani hidup itu rasanya bakal lancar kayak di jalan tol baru.”
“Aku sudah mempersiapkan rencana keuangan untuk menyambut kehadiran calon dedek bayi ini,” kata Maria mengusap perutnya. “Cuman, aku belum memberitahu Toni. Ini bakal jadi kejutan yang nyenengin banget.”
Toni adalah nama suami Maria.
“Sekarang aku mau pulang dan nyiapin semuanya, tentu saja termasuk melanjutkan manajemen keuangan jelang melahirkan ini” kata Maria. Arini mengelus pipi adiknya. Ia mengecup puncak kepala Maria dan menggumamkan doa-doa agar semuanya berjalan lancar. Mereka akhirnya berpisah. Bisa terbayang di benak Arini agaimana pasangan Maria – Toni akan begitu gembira menyambut kehadiran bakal si buah hati tersebut. [des]