Daftar Isi
Di kondisi tak enak dan tak sesuai keinginan seperti itulah sejatinya langkah mempersiapkan dan menghadapi masa sulit itu menjadi salah satu upaya yang sebaiknya dilakukan. Pasalnya, terlalu mudah ketika kita harus membiarkan diri dalam keadaan stres akibat situasi sulit, baik itu terkait bencana, datangnya penyakit, pun situasi keluarga yang acap membuat tak perdaya.
Dalam sebuah teori ada yang namanya manajemen risiko, yang itu tak lain menjadi komponen dari cara kita menghadapi risiko, sesulit apapun. Ada banyak jenis dan macamnya, yang itu juga didasarkan pada kondisi kita saat ini. Kondisi kehidupan diri-kita pribadi dengan kondisi perusahaan, atau dengan kondisi sebuah instiusi -insitusi pemerintahan, misalnya- tentu memiliki ketidak-samaan, oleh karenanya perihal menerapkan manajemen risiko ini juga tak selalu sama. Hanya sajasecara garis besar, apabila ditarik benang-merah tak akan menyimpang jauh.
Terkait dengan manajemen risiko sekaligus langkah mempersiapkan dan menghadapi masa sulit tersebut, di bawah ini adalah beberapa hal yang bisa disimak serta diaplikasikan.
Dana darurat merupakan hal penting dan tak bisa diabaikan lagi sebagai bagian dari isi manajemen risiko. Ia bisa berupa dana ataupun tabungan khusus, deposito, tabungan-emas, tabungan-invstasi, pun asuransi. Hal yang perlu dipahami dalam memilih jenis tabungan tersebut adalah konsekuensi yang ditimbulkan. Sebagai contoh, apabila menghendaki tabungan yang keberadaannya mudah untuk dicairkan, tentu jangan memilih deposito. Pun sebaliknya, apabila menghendaki tabungan yang secara perhitungan dapat dicairkan pada saat ada kejadian-kecelakaan misalnya, maka lebih tepat apabila mengalokasikan di asuransi.
Sesuai namanya, dana darurat ini bisa diartikan sebagai dana yang sewaktu-waktu dapat diambil, khususnya dalam keadaan darurat. Sebagai contoh keadaan darurat adalah terjadinya kematian, timbulnya penyakit, usaha yang menurun akibat bencana, dan hal lain semacamnya. Mewabahnya Virus Corona COVID19 ini sangat mungkin apabila hendak dikategorikan sebagai keadaan darurat.
Bagi sebagian orang, adakalanya hidup akan menjadi lebih berarti ketika memiliki hutang, tentu yang dimaksud hutang di sini adalah hutang produktif. Sama sekali hutang yang sifatnya hanya konsumtif. Itu baik adanya, apalagi ketika hutang produktif tersebut mampu menolong dan mengidupi orang lain. Sebagai contoh bisa membesarkan usahanya dengan menambah modal yang berasal dari hutang, kemudian dari sana mampu mempekerjakan orang lain sebagai karyawan.
Namun, sebagaimana manajemen risiko yang tersebut pada poin sebelumnya, harus benar-benar ada nilai yang dapat dipertanggung-jawabkan dari perilaku hutang tersebut. Artinya, di kondisi ini juga tak harus buta. Ada langkah meminimalisir hutang, dan ketika memang bisa mandiri, alangkah baiknya hutang itu segera dilunasi dan ditiadakan.
Tahun 1998 pernah terjadi krisis moneter di Indonesia akibat berbagai kejadian yang akhirnya berujung pada berawalnya langkah reformasi di negeri kita ini. Sebagaimana bumi berputar, tak ada yang tak mungkin bakal terjadi kembali, meski hal itu telah berlalu sekian tahun lamanya. Sebut saja menjangkitnya pademi COVID_19 di akhir tahun 2019 dan awal tahun menuju pertengahan tahun 2020 ini. Ia bahkan lebih parah dibanding tahun 1998, yaitu mampu meluluh-lantakkan keadaan, yang bahkan bukan saja terjadi pada sebuah negara. Lebih dari itu, krisis yang terjadi akibat pandemik Corona ini bisa dikatakan rata hampir semua negara yang ada di dunia ini terimbas.
Menghadapi situasi tak menentu akibat krisis semacam itu, acapkali kita paranoid sekaligus panik. Apalagi ini menyangkut keselamatan jiwa manusia. Hingga pada akhirnya rasa kalut dan sikap panik itu sangat mungkin menyebabkan gerak yang tanpa arah.
Pada kondisi panik, kalut, paranoid, sehingga mengakibatkan laju perjalanan hilang-arah tersebut, ada baiknya kita diam sejenak, jeda, menghela nafas sembari berdoa, dan kemudian meluangkan waktu sejenak untuk berhenti. Dengan langkah seperti itu, selanjutnya kita pun akan lebih tegar menghadapi segala keadaan, untuk kemudian akan diterangkan pula dalam memilih jalan yang tersedia di depan mata.
Ya, hal semacam itu memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Akan tetapi, dengan berhenti sejenak, setidaknya kita akan mendapatkan cukup ruang untuk mencari tahu tentang apa yang perlu dilakukan. Artinya, kita akan lebih dimudahkan dalam melihat langkah ke depan, sekaligus memahami berbagai pertimbangan penting di dalamnya.
Hal yang seyogyanya harus disadari adalah, bahwa sesulit apapun kondisinya toh perut kita masih butuh asupan, anak-istri kita juga masih memerlukan biaya, belum lagi rumah juga masih memiliki kewajiban, baik cicilan, membayar listrik, dan masih banyak lagi.
Artinya, dalam kondisi seulit apapun dan bagaimanapun keadaannya, termasuk ketika ada pada situasi krisis, hal yang harus tetap ada adalah dikeluarkannya anggaran berbelanja. Karena itu dibutuhkan langkah membuat rencana terkait penganggaran. Dan apabila rencana awal memang sudah ada, selayaknya perlu dipikir ulang dan direvisi rencana tersebut ketika masa krisis melanda.
Dalam kondisi normal dan tak sedang dalam masa krisis, langkah mempersiapkan dan menghadapi masa sulit akibat salah anggaran ini sesungguhnya lebih mudah untuk ditindak-lanjuti. Baik perihal memeriksa dan mencari tahu apa yang salah, ataupun mengenai bagaimana langkah kita dalam memperbaikinya. Namun menjadi tak gampang adalah ketika risiko itu terjadi akibat dari peristiwa yang sama sekali di luar kendali kita. Tak usah jauh-jauh pada kondisi krisis seperti mewabahnya COVID ini. Ambil saja yang acap kita hadapi sebagai contohnya, yaitu keadaan laptop yang tiba-tiba rusak dan mau tak mau harus memperbaikinya. Pada akhirnya di situlah biaya juga harus dikeluarkan.
Demikian tentang langkah mempersiapkan dan menghadapi masa sulit yang harus dipersiapkan. Inti dari manajemen risiko ini sejatinya adalah agar kita selalu bisa berusaha mempersiapkan segala hal, sehingga terhindar menjadi bodoh, apalagi ceroboh dalam mengatur keuangan. Nah, karena itu, kami menyarankan pula agar Anda juga dapat mencatat segala transaksi keuangannya, sehingga dengan dasar catatan itu selanjutnya akan bisa mengatu dan memetakannya. Aplikasi AKUNbiz menjadi salah satu alat yang dapat digunakan.
Sebagai catatan akhir, di bawah ini adalah sebuah cerita di dunia kemiliteran yang sangat patut untuk direnungkan.
Saat perang dunia kedua, dalam satu pleton-tentara, ada seorang serdadu yang menggendong seekor keledai, di mana sejatinya sang serdadu bukanlah penyayang apalagi pemelihara keledai tersebut. Sehingga dapat diketahui bahwa langkah tersebut bukanlah hendak menolong dan melindungi keledai semata. Lain dari itu, kawasan yang dilalui para tentara perang tersebut adalah area yang penuh dengan ranjau, dan karenanya apabila si keledai tersebut dibiarkan berkeliaran di situ, maka bukan tidak mungkin justru akan menimbulkan potensi ledakan, yang pada akhirnya dapay membunih semua pasukan tentara tersebut.
Dari cerita perihal serdadu yang menggendong seekor keledai tersebut dapat kita sarikan, bahwa pada saat kita memasuki masa susah serta kondisi sulit, yang pertama kali harus ditangani adalah si bodoh yang tidak sadar akan bahaya akibat ulah pun tindak sesuka-hatinya. Inilah point-nya. Yaitu agar kita jangan bodoh, pun dengan orang di sekitar kita yang bodoh juga harus kita antisipasi dan tahan segala kecerobohannya, sehingga tak menimbulkan mara-bahaya. [uth]