Istilah pembukuan tentu sudah takĀ asing lagi di telinga kita, terutama bagi para pengusaha. Bagian dari sistem akuntansi ini kerap dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk mengawasi jalannya bisnis yang sedang mereka rintis. Pasalnya, lewat pembukuan ini mereka bisa tahu untung rugi serta perkembangan bisnis dalam kurun waktu tertentu. Tak cuma itu, pengusaha juga lebih paham mengenai langkah maupun keputusan apa yang sebaiknya mereka ambil.
Daftar Isi
Sejauh apa pembukuan berpengaruh pada operasional bisnis? Secara garis besar, pembukuan berfungsi sebagai kontrol pada sebuah perusahaan. Tingkat efektivitas pembukuan pun tercermin dari laba yang diperoleh. Untuk mendapat pembukuan yang baik, pengusaha umumnya menggunakan jasa profesional, seperti akuntan.
Dalam praktiknya, pembukuan sendiri punya 2 sistem nyata yang masih berlaku. Pertama, pembukuan masukan tunggal yang efektif diaplikasikan pada bisnis kecil. Pembukuan masukan tunggal memanfaatkan kas primer dalam penyusunannya. Setiap data transaksi, seperti pengeluaran dan pemasukan dimasukkan pada catatan.
Berbeda dari pembukuan masukan tunggal, perusahaan bervolume besar lebih cocok menggunakan pembukuan berpasangan. Disini, pembukuan dibuat dalam 2 akun berbeda, yakni debit dan kredit. Sistem pembukuan ini efektif untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran pada perusahaan besar. Pengusaha lebih mudah mendata laba dan rugi yang didapat dalam periode tertentu.
Lantas, bagaimana menyusun pembukuan untuk mempermudah usaha? Bagi Anda yang baru memulai bisnis dan ingin membuat pembukuan sendiri, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan.
1. Aktiva
Poin pertama dan utama yang harus diperhatikan dalam penyusunan pembukuan adalah aktiva. Aktiva sendiri merupakan aset atau harta kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan atau bisnis. Sumber-sumber ekonomi ini mesti didata dengan jelas, sebab akan dibutuhkan di masa mendatang. Misalnya saja untuk menyokong operasional perusahaan saat terjadi defisit. Lebih lanjut, aktiva dibagi menjadi 2, yaitu aktiva lancar dan tetap.
2. Pasiva
Selain aset, perusahaan atau bisnis biasanya memiliki kewajiban berupa utang. Utang perusahaan ini bisa berasal dari masa lalu dan harus dilunasi di masa mendatang. Pembayaran kewajiban umumnya melibatkan aset atau sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan. Inilah alasannya perusahaan harus mendata aktiva tetap maupun lancarnya. Pada dasarnya, pasiva atau kewajiban pun punya 2 jenis, yakni kewajiban jangka panjang dan jangka pendek.
3. Modal
Pencatatan modal dalam pembukuan menjadi unsur mutlak lainnya. Sebuah bisnis harusnya mengelola modal yang dimiliki secara jelas. Untuk pencatatan modal sendiri, pengusaha harus mendata aset pembiayaan maupun produk atau barang yang digunakan. Sepanjang operasi bisnis, modal inilah yang berperan penting dalam pembukuan. Anda bakal melihat relevansi modal pada setiap akhir periode, baik per bulan maupun tahun.
Setelah tahu unsur serta jenis pembukuan, Anda pasti ingin lebih tahu tujuan pembuatannya bukan? Sebuah pembukuan keuangan memiliki beragam fungsi, mulai dari pencatatan aset sampai menghitung laba dan rugi. Dari sinilah pengusaha tahu kesempatan untuk melakukan ekspansi atau pengembangan usaha di kemudian hari.
Seluruh perincian terkait bisnis lebih mudah diketahui dan diawasi. Strategi yang diambil pun lebih terukur keefektivitasannya. Sebagai pengusaha, Anda tentu sangat terbantu dengan sistem pembukuan yang rapi dan tepat. Aktivitas bisnis sekecil apapun akan terawasi dan terkontrol dengan mudah.
Di samping membantu pengusaha, pembukuan juga mempermudah pencatatan transaksi. Klien yang tengah bekerjasama akan masuk data pembukuan. Setiap transaksi bakal memberi efek positif ataupun negatif dengan melihat sistem pembukuan. Jadi, sudah jelas bukan fungsi pembukuan sebagai bagian laporan keuangan?