SETELAH beberapa waktu lalu interview dengan Desi Puspitasari perihal profesi menulis maka admin AKUNbiz kali ini bertemu dan kembali ngobrol bareng seorang gadis remaja yang berprofesi sebagai tukang jual bunga artificial. Tepatnya bunga yang bahan dasarnya dibuat dari kain flanel, dan kemudian dipasarkan baik secara batangan (single flower) ataupun berujud rangkaian (bouquet arrangement).
Nana, begitulah panggilan gadis penjual bunga yang aslinya bernama Natura Kusumadewi itu. Sosok remaja yang sejatinya masih tercatat sebagai mahasiswi (tahap akhir) di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bermodalkan sebagai florist, yaitu bisnis bunga artifisial dengan branding FLEURIFY, Nana menjadi salah satu kandidat finalis Wirausaha Muda Mandiri tahun 2016 mewakili regional Yogyakarta dan Jawa Tengah yang berhasil maju ke tingkat nasional –dan kebetulan juga waktu itu bareng dengan Jodhi P. Palgunadi founder AKUNbiz. Bermodalkan jual bunga artificial secara online pula Nana kini mampu membuka lapangan kerja kepada orang lain, baik sesama teman mahasiswa pun tetangga sekitar tempat tinggalnya.
Beberapa saat sebelum artikel ini ditulis, secara tidak sengaja admin AKUNbiz bertemu dengan Nana yang ketika itu juga sedang membuka lapak tempat jual bunga artifisialnya di helatan Festival Kesenian Yogyakarta. Satu helatan kesenian di Jogja yang digelar secara rutin tiap tahun dengan menyajikan berbagai bentuk macam seni budaya.
Tahun 2017 ini helatan FKY ke-29 bertempat di area Planet Pyramid, Jl Parang Tritis, Yogyakarta dan berlangsung mulai tanggal 27 Juli hingga berakhir tanggal 13 Agustus. Dalam kurun waktu tersebut, admin AKUNbiz sempat beberapa kali bertemu dan kemudian ngobrol, sehingga ada beberapa pertanyaan kami ajukan ke Mbak Nana.
Untuk mengetahui lebih lengkap isi obrolan itu, sila simak hasil interviewnya di bawah ini.
Hi, Mbak Nana. Salam sukses dari kami AKUNbiz Team. Semoga kabar selalu baik, dan juga lancar usahanya ya.
Halo mass… Amin, amin 🙂
Kita tahu kalau Mbak Nana termasuk salah satu kandidat yang turut dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri di Bogor bulan Maret 2017 silam, dengan bidang usaha jual bunga artificial alias “Artificial Flower”. Nah, bagaimana Mbak Nana menemukan celah bisnis ini? Dan kenapa juga harus bunga, artificial lagi?
Karena bunga adalah pilihan hadiah yang selalu ada di setiap momen berharga, khususnya anak muda. Misalnya graduation day, ulang-tahun, wedding , lamaran, dan masih banyak lagi, semua kan juga pakai bunga. Kalaupun ada hadiah lain pendampingnya tetaplah bunga yang sering dipakai. Itu menurut pengamatan saya sebagai salah satu “anak muda” jaman sekarang lho, hehehe.
Sedangkan kalau artificial bunganya itu karena; lagi-lagi berdasarkan pengalaman. Kebanyakan orang kalau mendapat atau memberikan bunga pasti doyan banget dipakai sebagai bahan buat berfoto-foto. Tapi bunga tersebut paling-paling maksimalnya hanya berumur 2 hari, setelah itu akan berwarna coklat kering, lalu layu. Tak ayal, akhirnya mau nggak mau harus dibuang. Nah, dengan pilihan bunga artificial ini, maka ia akan tetap awet sampai kapanpun. Sehingga bisa menjadi media kenangan yang lebih tahan lama usianya.
Sejak kapan Mbak Nana menggeluti bisnis? Apa lika-liku yang dihadapi? Maksudnya, seneng susahnya itu seperti apa? Boleh dong cara solutif untuk menghadapi susahnya usaha itu dibagi di sini.
Pertama mulai bisnis dulu adalah di jaman SMA, saya menjual aneka tempat pensil karakter berbahan dasar flanel. Awalnya saya pasarin ke temen-temen di sekolah, dan syukurlah orderan waktu itu lumayan banyak. Bersamaan dengan itu, saya juga membuat tulisan di blog, brandnya owlielolie, alamatnya di www.owlielolie.blogspot.com. Karena owlielolie itu logonya burung hantu, maka produknyapun saya kembangkan ke arah serba burung hantu; ada keset burung hantu, tas burung hantu, dan lain-lain. Kendalanya saat itu adalah sumberdaya sih, karena semuanya serba sendirian. Tapi di masa transisi dari SMA menuju masa kuliah, usaha itu saya hentikan karena merasa kewalahan dan harus fokus cari kuliah dulu.
Selanjutnya setelah masuk kuliah saya tergelitik untuk mewujudkan ide lain, yaitu jualan sepatu berbahan dasar kain tenun yang saat itu lagi hits dan saya sendiri juga memiliki ketertarikan khusus terhadap kain tradisional. Maka mulailah brand “Shop Sugar”, saat itu saya lagi-lagi mengerjakannya masih sendirian dengan modal juga terbatas. Dan berdasar pengalaman pada waktu sebelumnya yang membuat saya kewalahan mengerjakan semua serba sendiri, maka kali ini sistemnya berbeda dengan brand tempat pensil itu. Semua produk saya yang membuat design, tapi untuk pembuatan saya bekerjasama dengan pengrajin yang saat itu ada di daerah Bantul.
Awalnya respon pasar lumayan bagus, bahkan sampai sempat di lirik oleh salah satu mall sebagai supplier-nya. Kami coba tiga minggu di awal berjalan lancar, hingga mereka meminta perpanjangan kontrak. Namun sayangnya kami tidak dapat menyanggupi, kendalanya ada di keterbatasan dana dan sumberdaya. Keterbatasan sumber daya yang dimaksud adalah; karena yang mengerjakan bukan tukang kita sendiri –melainkan kerja sama dengan pengrajin tadi, maka kita menjadi kesulitan dalam menerapkan standar-standar perusahaan. Apalagi posisi saya di situ masih sangat lemah, masih berstatus mahasiswa, usaha sendirian, gak ada modal banyak, belinya juga masih sedikit, hehehe. 😀
Dari situ saya memilih menghantikan shop sugar, dengan kesimpulan bahwa kita memang gak bisa mengerjakan semua hanya sendiri. Artinya akan jauh lebih baik dan lancar adalah ketika kita punya tempat produksi sendiri. Akhirnya lahirlah fleurify.
Selanjutnya meski hanya bermodal awal enam ratus ribu rupiah, berdasar pengalaman sebelum-sebelumnya saya berusaha secepat mungkin membangun sistem di fleurify ini. Meskipun pada awalnya saya juga sempat bingung karena belum pernah punya karyawan, tetapi setelah konsultasi kesana-kemari dengan teman-teman lain yang telah memiliki pengalaman, bersyukur sekarang saya sudah mulai berjalan dengan beberapa peri (karyawan). Namun begitu saya juga tetap menyadari jika ke depan masih akan ada kendala lagi, hanya saja itu akan saya tempatkan sebagai tantangan. Artinya, dengan team yang kuat pula saya tak lagi sendirian, tim inilah yang secara tidak langsung akan membantu saya dalam menghadapi beberapa tantangan, tentu demi perkembangan perusahaan yang lebih kuat lagi.
Perihal bisnis jual bunga artificial ini, berapa harga termurahnya, dan berapa pula tertingginya?
Untuk batangan mulai 10 hingga 30 ribu rupiah saja. Sedang untuk yang sudah di rangkai mulai 35 ribu sampai dengan 700 ribu rupiah. Itu kalau di pricelist (daftar harga, red) tetapi custumer dibebaskan dalam menentukan bunga sesuai budget dan tema yang dinginkan.
Kalau begitu, berapa omzet rata-rata perbulan dari jual bunga artificial ini?
Syukurlah omzet terus meningkat. Kalau beberapa bulan kemarin ada di angka 18 hingga 21 juta rupiah, maka untuk saat ini (bulan Agustus, red) lumayan meningkat ada di angka 22 sampai 27 juta rupiah.
Sebagaimana pemaparan Mbak Nana di atas tadi, “hand-made” jual bunga artificial ini produksinya juga dibantu oleh orang lain dalam sebuah tim, lalu saat ini berapa orang total dalam tim bisnis Mbak Nana? Apa saja kriteria bisa mengerjakan handicraft semacam ini?
2 Orang Assisten Crafter
4 Orang ibu-ibu tetangga rumah
3 Orang Admin
Syarat yang terpenting dalam produksi dan pemasaran bunga artifisial ini adalah mengetahui standar produk yang saya terapkan dalam perusahaan. Beberapa standar produk yang kami terapkan itu antara lain adalah rapi, teliti dan mengutamakan detail.
Mbak Nana saat ini memilih menjalankan usaha jual bunga artificial di Jogja, padahal kampung Mbak Nana ada di Bali, yang kita tahu, di sanalah etalase Indonesia itu berada. Selain karena memang sedang kuliah di Jogja, apa alasannya? Kemudian adakah kelak keinginan Mbak nana membesarkan usaha, bikin head office di Bali misalnya?
Karena lahir dan besar di Jogja aja kali ya mas, hehehe… 🙂
Kalau mengembangkanya di Bali belum tahu juga, karena bisnis saya ini kan berbasis online (Instagram & Line) yang sebenarnya keberadaan head office bisa dimanapun tidak terlalu menjadi masalah. Paling-paling hanya berpengaruh sama ongkir saja andaikata asal pengiriman produk itu pindah. Tapi kalau punya cabang toko di Bali ya mau lah ya, hehehe 🙂
Oh ya, kami lihat Mbak Nana juga membuka lapak di helatan Festival Kesenian Yogyakarta. Seberapa besar keuntungannya memajang dagangan di sana? Baik secara nominal (uang) maupun publikasi?
Yang lebih terasa adalah secara publikasinya sih. Namun lebih dari itu saya juga jadi bisa bertemu dan sharing langsung dengan customers, karena salah satu tujuan utama saya membuka stand di fky ini kan juga untuk mengamati reaksi pasar ketika dihadapkan pada sebuah “toko” bunga artificial semacam ini. Pada kondisi seperti inilah customer bisa memilih langsung bunganya, dan kemudian dirangkaikan langsung layaknya di toko bunga asli. Hal semacam itu saya rasa belum banyak yang melakukannya pada waktu-waktu sebelumnya. Atau bisa jadi malah belum ada di Indonesia. Responnya, ternyata customer masih banyak yang merasa kebingungan ya, hehe 🙂
Tapi kami sangat senang ketika customer bertanya, karena kami pun merasa dibukakan pintu sharing dan edukasi, khususnya terhadap produk yang kami miliki ini.
Selain pameran dalam jual bunga artificial seperti di FKY, kiat dan cara apa saja yang Mbak Nana jalani dalam berjualan bunga artifisial? Baik online maupun offline? Mana yang paling menguntungkan?
Sejauh ini kami sebetulnya hanya berjualan melalui online, lapak di helatan Festival Kesenian Yogyakarta adalah media kami untuk mencoba pasar offline, karena rencana pengembangan kami selanjutnya memang hendak memperluas pemasaran dengan cara offline itu.
Just simple. Do what you love, Love what you do!
Sehingga setiap kali melakukan pekerjaan, kita akan melakukannya dengan suka cinta. Ingat, dengan cinta. 🙂
Saya gak ingin jadi orang yang merasa bekerja adalah kewajiban dan tuntutan yang harus dilakukan setiap hari sehingga kita jadi orang yang “love friday” and “hate monday”.
I want to be the person who love every single monday in my life because it means back to work, to the job i love. We definitely need to love what we do, for me that’s the key to success in every single thing we do.
Berlanjut ke tata kelola keuangan nih. Bagaimana Mbak Nana mengatur dan mengelola keuangan usaha sehingga bisa semakin membuatnya besar dan berhasil?
Saaat ini pengelolaan keungan masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Tapi semua dimulai dari pencatatan setiap transaksi dalam perusahaan. Dan yang terpenting adalah; selalu mengutamakan uang berputar untuk kepentingan pengembangan perusahaan dahulu.
Jangka pendek adalah membangun sistem dan team yang lebih solid dan stabil.
Jangka menengah memiliki workshop dan juga showroom/offline store.
Jangka panjang menjadikan fleurify tidak hanya sebagai toko bunga saja, tapi kelanjutannya masih dalam tahap perencanaan 🙂
Terakhir. Kami minta beberapa kalimat dari Mbak Nana buat pembaca AKUNbiz, terutama yang sedang merintis dan menjalankan usahanya.
Jangan pernah menyerah!!! Karena 90% orang menyerah adalah sesaat sebelum mereka sukses. 😀
[uth]