“Kalau nonton acara Indonesian Idol kadang dengar komentar juri tentang good attitude entrepreneur, ‘Attitude kamu di panggung bagus. Kamu punya kualitas star’. Kemarin baca artikel tentang Mimi KD alias Kris Dayanti, dia juga bilang; untuk jadi seorang bintang, jangan sampai kena star syndrom. Attitude harus tetap dijaga agar bisa bertahan di dunia hiburan.”
Wiki menoleh ke arah Sinta, kawan kuliahnya yang menggumam sendiri. Aula perpustakaan di lantai tiga sedang ramai mahasiswa. Mereka biasa berkumpul di sana untuk mengerjakan tugas dan atau berdiskusi.
Baru saja Wiki dan Sinta berkelompok mengerjakan tugas esai. Tema yang mereka tulis adalah perihal kewirausahaan. Semuanya sudah selesai, tapi mereka masih ingin nongkrong mengobrol.
“Kamu lagi ngomong apa, sih?” tanya Wiki.
Sinta menoleh. “Itu tuh, good attitude entrepreneur. Attitude seorang bintang. Attitude itu termasuk bersikap humble, sederhana, enggak rempong, mudah diajak kerja sama, dan lain-lainnya.” Gadis itu nyengir. “Satu-satunya hiburanku biar nggak stres ngerjain tugas, yaa kalau nggak nonton tivi ya mantengin Instagram gosip.”
“Terus yang jadi masalah apa?”
Sinta mengerutkan kening. “Hmmm…. yang kusebut tadi kan semua tentang attitude seorang bintang, seorang entertainer di dunia hiburan. Nah, kira-kira untuk seorang entrepreneur – kita tadi lagi bahas itu, kan – juga butuh sikap atau attitude baik itu nggak?”
“Ya, iyalah,” sahut Wiki cepat. “Kamu tahu sendiri, hal penting untuk sukses bagi seorang entrepreneur adalah pengetahuan, skill atau kemampuan, dan tentu juga bakat. Nah, tiga hal itu ternyata juga dimiliki oleh banyak entrepreneur di luar sana. Terus, yang menjadi pembeda apa, dong? Ya itu tadi; attitude.”
“Dalam good attitude entrepreneur, attitude baik untuk entrepreneur itu apa aja, dong? Apakah sikap humble dan lain-lain itu?”
“Pertama, sih, jelas; passion. Seorang entrepreneur kudu punya passion kuat. Passion itu meliputi menemukan dan nyusun ide, nyusun target dan goal, dan berjejaring. Passion ini bakal jadi semangat kita sebagai entrepreneur untuk bekerja.”
“Kalau nggak punya passion?”
“Kerja kantoran aja, nggak usah bikin usaha sendiri. Hihi,” jawab Wiki sembari nyengir. “Karena seorang entrepreneur yang punya passion kuat senang tantangan dan selalu antusias untuk bikin hal baru.”
“Berarti seorang entrepreneur juga kudu punya sifat berani dong?” tanya Sinta lagi.
“Ya, iya. Kalau senang tantangan tapi penakut, bisa jadi ide cuman bakal jadi wacana, cuman di awang-awang doang,” jelas Wiki. “Sebenarnya wajar, kok, punya rasa takut. Takut gagal eksekusi, takut hasilnya melenceng dari target. Cuman, seorang wirausahawan yang ber-attitude baik, ia nggak akan lari menghindar. Tapi, justru mencari cara meminimalisir kegagalan itu.
Mencari cara bagaimana caranya usaha ini bisa berhasil dengan tanpa harus berlari dalam menghadapi adanya kemungkinan gagal. Artinya, mereka berani menghadapi hasil yang gagal dan belajar dari kegagalan itu untuk mencapai sukses di kedepannya.”
“Berani meminimalisir kegagalan, berani menerima kenyataan, dan berani belajar dari kesalahan. Itu, ya?” tanya Sinta.
Wiki mengangguk. “Yap, betuuul…! Untuk itulah, attitude baik berikutnya adalah fleksibel. Kudu punya sifat dan sikap fleksibel. Tahu sendiri, kan, perjalanan berwirausaha nggak selempeng kalau kerja kantoran. Kadang senang, kadang kecewa. Kadang untung, kadang buntung. Kadang didukung teman, kadang dikhianati. Seorang pengusaha yang ber-attitude baik kudu
sadar bahwa mereka harus fleksibel dan ulet menghadapi segala kemungkinan.”
“Kalau terlalu kaku, bisa patah di tengah jalan, ya?” tanya Sinta.
“Patah di tengah jalan artinya kecewa berlebihan, kan? Artinya juga; usaha bakal mandeg.” Sinta mengangguk-angguk. “Oo, ya, ya. Aku ngerti.”
“Satu lagi, nih, yang penting; kudu punya integritas. Seorang wirausahawan kudu bisa menunjukkan bahwa bisa jujur dan bisa dipercaya. Seorang entrepreneur kudu bisa dipercaya –dan sebuah kepercayaan itu mahal harganya….”
“Hmmm… hmmm…. hmmmm….,” gumam Sinta sembari mengangguk-angguk. “Attitude baik memang everything dalam entrepreneurial life, yak?”
“Yak,” Wiki nyengir. “What d’you expected, then? Kamu songong dan berharap orang-orang tetap akan menghormatimu? Sampai lebaran kucing juga nggak bakal terwujud.” [des]