Daftar Isi
Ya ‘Corona Mewabah Saatnya Berubah’ sepertinya pantas dijadikan semacam kalimat penyemangat bagi kita kali ini. Pasalnya tatkala dahulu kita tak memiliki persiapan dalam menghadapi segala kemungkina yang bakal terjadi, maka selayaknya saat ini kita musti memikirkannya. Ketika pada wkatu sebelumnya kita tak pernah mengalokasikan waktu, tenaga, dan juga uang sebagai bagian dari pos eristiwa tak terduga, maka saat pandemi corona merebak inilah makna yang harus segera kita praktekan perwujudannya.
Carut-marur keadaan memang bukan sebatas pada lini ekonomi serta keuangan yang terpengaruh. Melainkan ada banyak segi, baik itu politik, budaya, sosial, dan hal lain semacamnya. Karena kita juga sama-sama tahu, uang bukanlah segalanya. Hanya saja, dari banyak segi tersebut, mau tidak mau kita juga harus berpikir ikhwal keuangan tersebut. Karena segalanya tanpa uang, sudah barang tentu juga tak bisa lancar lajunya.
Sehubungan dengan kondisi keuangan di atas, ada yang bisa kita ingat, yaitu perihal cuitan di Twitter dari seseorang dengan username @_parsiholan_ (belakangan diketahui akun tersebut tidak aktif lagi). Pada tanggal 23 April 2020 silam, ia berkisah tentang temannya yang sudah dirumahkan selama 2 bulan, di mana sang teman yang dirumahkan ini pada waktu-waktu sebelumnya, setiap bulan bisa mengantongi gaji sebesar 80 juta. Saat masih aktif bekerja, meski gajinya juga tinggi, namun sang teman tersebut ternyata memiliki kebutuhan yang juga tak rendah. Sebut saja kebutuhan itu adalah cicilan mobil mewah, cicilan KPR rumah miliyaran, dan kehidupan serba mewah. Dan sayangnya, ia tak jeli mengatur keuangannya, salah satunya dengan tidak mempersiapkan dana darurat sekaligus tabungan secukupnya.
Dari kisah di atas dapat kita maknai bahwa jatuhnya kita pada kesengsaraan sekaligus hingga satu kegagalan acapkali bukan karena kita tak memiliki penghasilan besar, akan tetapi lebih dari itu adalah karena ketidakmampuan dalam mengelola keuangan. Hal itu terjadi seperti pada pemborosan pos-pos yang tidak perlu, hingga keputusan ekonomi yang salah. Kenapa harus bermewah dan bermegah-megahan ketika kesederhanaan itu masih mampu membuat kita nyaman?
Kemudian apabila dicerna kembali runtutan kejadian di atas, maka yang dapat kita simak baik-baik adalah, bahwa kegagalan manajemen usaha ini bermula dari satu masalah, ialah tidak adanya pembukuan ataupun pencatatan keuangan. Dengan begitu, mengakibatkan tiadanya lembar materi guna dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Sebagai contoh adalah ketiadaan catatan pasti berapa uang yang masuk, sekaligus uang yang dikeluarkan. Tak pelak, semua hanya dilihat berdasar pada perkiraan semata.
Masih berkaitan dengan cerita di atas, maka kita akan bisa menilai bahwa sejatinya, tak bisa tidak, tentang pencatatan keuangan itu menjadi hal penting dan tak bisa diabaikan lagi. Karena sehat tidaknya keuangan seseorang, juga ekonomi keluarga, ekonomi organisasi, ekonomi bisnis, bahkan juga ekonomi negara, semua itu selalu bisa dilihat dari catatan keuangannya. Artinya, bisa dikatakan bahwa pembukuan merupakan sebuah nyawa dari kekuatan ekonomi dan keuangan di segala sendi kehidupan kita ini.
Dengan kata lain juga dapat dikatakan, bahwa siapapun kita, entah sebagai personal, sebagai kepala keluarga, sebagai ketua pun pengurus organisasi, ataupun sebagai pengusaha, semua akan dapat dengan mudah mengambil berbagai keputusan keuangan secara tepat dan mudah, apaila keberadaan pencatatan euangan yang rapi itu tersedia.
Memahami hal di atas, kitapun selanjutnya juga dapat menyimpulkan bahwa sangat dibutuhkan adanya alat pencatat keuangan untuk pribadi, organisasi, dan bisnis kecil yang mudah digunakan. Dan solusi paling cepat bisa saja kita menggunakan pencatatan manual. Hanya saja, tentu akan timbul banyak kelemahan dari pencatatan manual ini. Selain tidak bisa diandalkan karena tak praktis, data yang telah dicatat bisa saja rusak atau malah hilang, bahkan untuk menganalisanya juga menemui kesulitan. Kecuali itu, angka-angka yang diinput juga harus dihitung secara manual, yang pada akhirnya memiliki risiko kesalahan cukup besar.
Sementara apabila kita hendak beralih ke aplikasi, dapat diketahui bahwa mayoritas aplikasi akuntansi yang tersedia saat ini harganya lumayan mahal. Di samping itu, penggunaannya juga cukup rumit dan sulit dipahami, serta fitur yang tersedia pun tidak sesuai kebutuhan. Belum lagi masih dibutuhkan waktu untuk belajar pengetahuan khusus dalam pengoperasiannya.
Di sinilah AKUN.biz hadir sebagai sebuah solusi pengelola keuangan yang sederhana dan praktis. Ia sangat adaptif sebagai pendukung gerakan ‘Corona Mewabah Saatnya Berubah’, pasalnya AKUNbiz dapat dimanfaatkan oleh pribadi, komunitas-organisasi, hingga bisnis. Mudah dipahami dan digunakan, online sekaligus mobile, dan yang terpenting adalah murah harga berlangganannya, bahkan karena sifatnya adalag FREEMIUM, maka di AKUNbiz tersedia pula versi gratisnya.
Kembali lagi kami berpikir tentang pentingnya sebuah pembukuan, apalagi seiring dengan porak-porandanya keadaan kita sebagai akibat dari merebaknya virus Corona COVID19 kali ini. Bahwa dibutuhkan pandangan jauh ke depan, apabila ratusan juta manusia, bahkan juga jutaan bisnis kecil, ratusan organisasi, dan juga puluhan ribu keluarga di Indonesia bisa memiliki pembukuan dan mampu mengelola keuangannya dengan baik serta bisa mandiri, maka kesejahteraan sosial bukan sekadar impian. Kemakmuran ekonomi tinggal satu langkah lagi di depan mata. []