Keberhasilan calon entrepreneur menjadi obrolan sorenya Devi bersama kakek. Seolah tiada hari yang paling menyenangkan untuknya selain sore itu. Kakek yang tinggal di sebelah rumah, yang ramah, ceria, dan masih aktif mengawasi beberapa usaha wiraswasta. Bisa dibilang Kakek adalah seorang entrepenur bangkotan, dengan semangat yang tak lekang waktu… ngalah-ngalahin anak muda.
Kakek terkekeh. “Salah satu ciri pengusaha sukses adalah semangatnya yang nggak pernah kendur. Iya, ada yang namanya waktu untuk pensiun. Apalagi dengan usia renta yang seperti ini. Tapi, tetap kudu diingat; semangat jangan pernah kendur.”
Devi mendengarkan dengan baik. Minum teh di sore hari sambil mendengarkan cerita atau petuah Kakek memang mengasyikkan. Terlebih bagi dirinya, yang punya cita-cita menjadi entrepreneur atau pengusaha mandiri selepas lulus kuliah.
“Terus, terus…?” tanya Devi. “Terus apa lagi tanda-tanda kalau seseorang itu adalah sosok entrepreneur yang berhasil? Keberhasilan calon entrepreneur itu apa saja, Kek?”
Kakek tersenyum. Ia sangat mengerti. Orang-orang senang mendengarkan cerita mengenai betapa menakjubkan dan menegangkannya menjadi seorang penguasa yang sukses. Terkadang mereka mengira keberhasilan itu didapat dari sulap. Padahal, sesungguhnya bukan sulap sederhan yang membikin skses, tapi perjuangan, pengorbanan waktu, dan komitmen kuat yang akan memberi hasil di akhir. Tapi, laki-laki tua itu mencoba menjelaskan dengan sederhana. Ia senang dengan anak muda yang senang belajar dan mencari tahu bagaimana jalan menuju keberhasilan.
“Pertama tentu seseorang itu harus punya passion yang kuat. Entrepreneur yang berhasil, biasanya akan fokus mengejar goal atas mimpi dan passion yang mereka punyai. Sementara orang lain bekerja dengan rasa bosan, seseorang yang memiliki passion akan bekerja dengan perasaan riang,” jelas Kakek. “Menjadi seorang pengusaha yang berhasil menuntut kamu mampu membuat pilihan; kira-kira aktivitas apakah yang paling kamu sukai untuk ditekuni.”
“Iya juga, ya.” Devi mengangguk. Bicara tentang keberhasilan calon entrepreneur, maka harus tak abai pula dengan kenyataan bahwa bekerja tanpa passion biasanya hanya akan memunculkan keluh kesah.
“Berikutnya adalah skill atau kemampuan berkomunikasi yang baik. Seorang calon entrepreneur yang baik kudu bisa mengkomunikasikan pikiran maksud program kerja dengan mumpuni. Ia harus mengerti, bahwa mencapai kesuksesan tak bisa dilakukan seorang diri. Ia tetap butuh dukungan dari orang lain. Bahkan, jika ia sedang bekerja di dalam sebuah tim pun, seseorang itu haus memiliki kemampuan menyampaikan ide pekerjaannya, namun dengan catatan tak menghilangkan porsinya kepada rekan satu tim sebagai perwujudan team-work. Mencari muka di depan bos ataupun atasan, by pass komunikasi pada seniornya, dan berlaku sok paling pintar serta memusuhi atau menikam kawan kerja yang lain dari belakang jelas bukan attitude pun good communication skill yang baik.”
Devi cengengesan. “Wah, kemampuanku kudu diasah lagi, nih,” gumamnya. “Lalu, apa lagi, Kek?”
“Inovatif laah…,” lanjut Kakek. “Akan selalu ada persaingan baik sehat atau pun tidak di dunia bisnis. Tantangannya di sini adalah membuat suatu yang inovatif, baru, unik, dan memiliki hasil yang memuaskan. Ciri-ciri seorang entrepreneur sejati adalah mereka lebih cenderung mencari solusi atas sebuah masalah. Dan meminimalisasi faktor-faktor negatif
yang dapat menghambat pekerjaan. Selain itu, ketika memberikan usul juga kudu siap memberikan tindakan nyata atas usul itu, orang Jawa bilang ‘usul iku mikul’.”
Kakek menyeruput tehnya sebentar. Lalu, ia melanjutkan lagi wejangannya. “Berikutnya tentu saja; suka tantangan. Orang biasa saat menghadapi masalah memiliki kecenderungan untuk menghindar, atau ambil jalan pintas. Seorang entrepreneur takkan melakukan hal tersebut. Ia akan berusaha keras mencari jalan keluar yang solutif… dan inovatif seperti yang kubilang tadi. Dan ini… ini yang paling penting….”
Kakek menggoyang-goyangkan telunjuknya. Menandakan bahwa bicaranya serius. “Kalau ingin berhasil, seorang pengusaha itu harus rajin membikin catatan keuangan. Baik pemasukan maupun pengeluaran. Bila tak dicatat, susah mengontrol seberapa besar tingkat keberhasilan usaha yang telah dan sedang dijalankan. Bila tak dicatat, bisa-bisa perusahaan itu bangkrut tanpa aba-aba.” Kakek mengeluarkan ponselnya. Terlihat mengkilap dan seri terbaru.
Wih, canggil bener nih Kakek, batin Devi kagum.
“Tidak usah repot-repot membawa tumpukan buku. Kini, kamu bisa menggunakan aplikasi pencatat keuangan online bernama AKUNbiz. Seumpama kamu belum bisa mengakses laptop atau komputer, asalkan terhubung dengan internet segala pencatatan itu bisa dilakukan melalui ponsel,” jelas Kakek sembari menunjukkan aplikasi keuangan online yang dimaksud.
“Berarti satu lagi, Kek,” sahut Devi. “Ciri-ciri keberhasilan calon entrepreneur juga harus bisa mengikuti perkembangan teknologi. Tahu mana yang baik dan bisa digunain untuk memaksimalin usahanya.”
“Nah, tuh sudah pinter,” puji Kakek terkekeh.
Devi tersenyum senang. Memang, tidak ada sore yang paling menyenangkan untuk Devi kecuali mengobrol dengan Kakek. [des]