KEBEBASAN keuangan atau lebih dikenal dengan Financial Freedom itu apa? Di bawah ini adalah quote yang banyak orang tulis mengenai finansial freedom yang berasal dari seorang pakar keuangan; Robert T. Kiyosaki.
Financial freedom is much more than having money. It’s the freedom to be who you really are and do what you really want in life. [Kim Kiyosaki]
Jika menilik dari kalimat berbahasa Inggris di atas, maka dapat diartikan bahwa kebebasan keuangan ataupun financial freedom bukan semata-mata hanya berhenti di “kaya-raya” ataupun harta berlimpah saja. Lain dari itu, kebebasan finansial menurut Robert T. Kiyosaki merupakan kondisi kita terbebas, benar-benar merdeka dalam menjadi diri kita sendiri dan juga benar-benar bebas dalam melakukan pekerjaan yang kita suka.
Memang bisa? Hidup seolah “semau gue” tapi tetap memiliki uang? Selalu kecukupan apa yang dimau? Kebebasan macam apa yang bisa kita raih dalam finansial freedom itu?
Sebelum menjawab bisa-tidaknya, mari sama-sama kita membayangkan ketika mampu bebas dan merdeka itu. Mari membayangkan sekarang ini kita bisa bangun tidur dan melakukan apa yang kita suka, namun juga tak perlu lagi mumet melunasi utang, ada dana guna membeli rumah dan kendaraan. Membayangkan tak harus buru-buru bangun pagi, kemudian berangkat kerja seharian.
Ya, bisa jadi bagi sebagian orang itu merupakan khayalan orang gila. Dan tidak salah anggapan itu. Karena kenyataannya toh tak banyak orang bisa menggapainya.
Eits, tapi jangan disangka tak ada sama sekali yang bisa menggapai kebebasan keuangan itu. Tetap ada! Yaitu bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk tetap belajar dan bekerja demi meraihnya.
Lalu pelajaran macam apa yang musti disimak dan dipraktekkan? Yuk kita sama-sama memelajarinya, ta usah banyak-banyak bahan dan bertele-tele materi, karena di bawah ini ada empat faktor yang bisa kita jadikan patokan.
Daftar Isi
Penghasilan dengan nilai lebih tentu menjadi faktor yang tak bisa diabaikan demi meraih financial freedom. Apalagi seiring waktu berjalan kebutuhan di depan mata juga cenderung makin banyak.
Cara untuk mendapatkan earn more alias pendapatan berlebih bagaimana? Ada banyak. Di antaranya adalah dengan selalu mengasah kemampuan diri. Kerjakan tugas yang harus kita pegang, dan sajikan menjadi karya yang terbaik. Jangan tanggung-tanggung dalam berkarya. Selain itu lihat juga peluang karir pada pekerjaan yang dilakukan. Ketika peluang itu ada, sila kerja keras dan selalu lakukan yang terbaik juga. Dengan demikian prestasi cemerlang serta kompetensi yang menjulang tak akan berlari menjauhi kita.
Ketika kita memiliki prestasi bagus, reward tentunya sudah menunggu di depan mata. Owh, kerja sudah bagus tapi reward tak kunjung datang…? Santai, tak usah panik dan jengkel. Karena ketika ada hasil bagus, tentu ada banyak orang akan mencari kita demi memenugi kebutuhannya. Artinya, di sinilah kenyataan bahwa hasil itu tak pernah bohong. Karirlah yang akan mengejar kita, sama sekali bukan kita yang musti mengejar-ngejar jabatan.
Pada kondisi ini, kalimat: “your salary reflects your competency level” sangat berlaku sekali. Bahwa ketika upah yang kita peroleh itu rendah, bisa jadi karena memang kompetensi yang kita miliki juga murah. Maka selalu berusaha untuk upgrade diri.
Selain dengan cara di atas, mencari usaha sampingan adalah cara lain yang bisa ditempuh. Sebagai contoh cari peluang jualan online. Toh jualan online sekarang ini kita tak harus mengurusi barang. Bermodal sosial media kita bisa saja menjadi reseller ataupun dropship, atau bisa saja malah meng-handle internet markeing. Ingat, ada banyak peluang yang tersedia untuk kita garap dalam dunia maya dewasa ini.
[Baca juga: Tips dan Trik Menulis ala Desi Puspitasari]
Prinsip menyisihkan minimal 30 persen dari pendapatan kita dialokasikan untuk investasi menjadi hal yang musti dilakukan apabila hendak meraih kebebasan finansial. Dan peluah menggapai kebebasan keuangan ini akan semakin terbuka ketika investasi dilakukan sedini mungkin. Karena semakin muda kita memulai investasi, maka akan semakin bagus impact jangka panjang yang akan diperoleh. Dengan catatan investasi itu dilakukan secara benar.
Ada banyak jenis investasi, maka jangan ragu pula untuk selalu memelajarinya, baik dari segi kelebihan pun kekurangannya. Di antara investasi tersebut adalah properti (tanah, ruko, apartemen, kos-kosan ataupun kontrakan), berbagai macam reksadana, dan masih banyak yang lainnya.
Sifat yang digunakan untuk menuju Financial Freedom salah satunya adalah humble. Hiduplah sederhana dan tak usahlah bergaya sok borju. Karena dengan bermewah-mewah derta borju, toh yang akan kita torehkan hanyalah tabiat konsumtif. Sama sekali jauh dari produktif.
Apa jadinya ketika hidup kita jauh dari produktif, cenderung konsumtif, sementara pendapatan juga receh (karena efek tak produktif). Tentu tak baik bagi kesehatan badan sekaligus kesehatan kantong, bukan? Artinya, yang sedang-sedang sajalah hidup ini. Syukur-syukur kalau malah bisa ndeso dan bergaya sufi hidup ini. Tentu akan banyak memberi manfaat bagi diri dan lingkungan, bukan? 😀
Ya, tak bisa dimungkiri, jamak dari kita memang mudah terperosok dalam keadaan hedonic treadmill, yaitu expense alias pengeluaran dan gaya hidup yang dijalani cenderung naik seiring dengan naiknya income (pendapatan). Gaji satu juta kurang, gaji lima juta cukup, gaji sepuluh juta tetap habis. 🙂
Maka, dari fenomenahedonic treadmill itulah kita dituntut untuk selalu kontrol pada kotak kesederhanaan. Jangan keluar dari baras kotak humble. Kenapa tidak? Karena toh Warren Buffe yang pendapatannya triliunan itu saja bisa hidup dengan gaya sederhana.
[Baca juga: Tips Membangun Bisnis Dengan Langkah Sederhana]
Petuah bijak sering memaparkan bahwa dengan memberi maka kelak kemudian hari akan mendapatkan hal berlebih. Pun yang acap diungkap oleh orang-orang sukses mengenai the power of giving, bahwa kebiasaan gemar memberi (giving) akan selalu berbalik pada kebaikan si pemberi.
Tiada yang salah. Buah dari kesederhanaan tak jauh dari rasa berbagi dan memberi. Karena benar pula adanya; the more we give, the happier we are, bahwa aktivitas memberi dan berbagi memiliki kemungkinan besar membuat hidup ini berbahagia. Selanjutnya, dengan jiwa bahagia, ada kemungkinan lebih besar dalam meraih kesuksesan hidup.
Hal yang jarang disadari adalah, sering kita menganggap bahwa “bahagia bisa diraih ketika sudah sukses.”
Iya, tak salah anggapan itu. Tapi tak juga selalu benar. Pasalnya tak sedikit orang sukses yang mengawalinya justru juga dengan rasa bahagia, sementara kebahagiaan itu ditempuh salah satunya dengan cara memberi dan berbagi.
Artinya, dengan memberi dan berbagi, maka kita akan mendapatkan imbas jiwa yang bahagia. Setelah jiwa ini terbahagiakan, hati juga riang, ada banyak kesempatan kita untuk bisa meraih kesuksesan. Termasuk dalam menggapai kebebasan keuangan. []