CARA menetapkan harga produk menjadi langkah utama dan paling awal ketika hendak menjalankan sebuah usaha. Harga yang sudah fixed -yang di dalamnya juga ada nilai toleransi- menjadi hal yang tak bisa diabaikan. Selanjutnya, ketika harga itu sudah ditetapkan, tentu fokus kita tak akan menjadi terbagi lagi. Metode penjualan pun menjadi lebih nyaman untuk dipikir dan dilaksanakan.
Daftar Isi
Selain harga fixed, di atas juga dipaparkan untuk ketersediaan nilai toleransi. Maksud dari nilai toleransi ini adalah nilai plus dan minus yang bisa diberlakukan apabila terjadi lonjakan dan atau penurunan harga pokok bahan. Sebagai contoh ketika membikin dan kemudian memasarkan tempe, nilai toleransi ini butuh diterapkan, karena ada kalanya harga bahan pokok tempe, yaitu kedelai, bisa mengalami kenaikan sekaligus penurunan. Bisa murah, namun bisa pula mahal. Penentuan besarnya nilai teloransi ini tentu harus didasarkan pada riset. Seberapa besar apabila terjadi penurunan harga, dan seberapa besar pula kenaikan harga itu.
Tatkala nilai toleransi ini sudah ditetapkan dan masuk dalam harga fixed, maka masih ada lagi cara menetapkan harga produk. Di antaranya sebagaimana terpaparkan di bawah ini.
Sebagaimana yang telah digambarkan pada nilai toleransi di atas. Selepas kita memperoleh harga dari produk yang dimiliki, selanjutnya tengok pula harga produk serupa apabila memang ada. Misalnya kita hendak menjual produk kerajinan tas kulit, maka di luar sana, produk yang tak jauh berbeda dijual di angka berapa? Kemudian kita bandingkan dengan produk kita. Apakah ketika kita menjual barang itu dengan harga tak jauh berbeda kita masih mendapatkan keuntungan? Tak berhenti di situ. Apakah ketika kita menjual dengan harga yang telah ditentukan, harga tersebut sudah sesuai dengan pasar yang kita bidik?
Di lain sisi, apabila produk kita banyak dan harganya juga berbeda-beda, maka dalam membicarakan harga ini, kita juga harus memkirkan perihal men-display barang.
Saat melihat suatu angka, manusiawi sekali ketika kita akan mencari perbandingan untuk mengartikan arti nomor tersebut. Menyikapi perbandingan tersebut, efek psikis pembeli tak bisa kita abaikan. Karenanya, sila pajang pada etalase toko (baik offline pun online), produk-produk yang hendak kita jual dengan spesifikasi harga yang bisa dirasakan oleh calon pembeli. Tas kulit dengan harga Rp750.000,- apabila disandingkan dengan tas kulit seharga Rp500.000,- tentu akan nampak lebih mahal. Sebaliknya, ketika ada tas kulit serupa dipajang bersebelahan dengan tas kulit berharga Rp1.500.000,- tentunya akan terasa jauh lebih murah, bukan?
Sekali lagi, dalam membangun pun memanipulasi image calon pembeli, trik memajang produk ini tak bisa kita sepelekan. Karena efek psikis bisa dibangun dari sana. terlepas dari sudut pandang “kualitas produk”, persepsi tentang harga yang telah kita tetapkan secara otomatis juga akan bisa tercipta pada calon pembeli.
Seperti ketika kita mencari nomor telepon, ada yang namanya “nomor cantik”. Pun yang terjadi pada cara menetapkan harga produk. Apabila Anda memperhatikan, tentu sering menjumpai harga yang ujungnya adalah angka 9. Karenanya, sila percantik angka yang memang sudah dianggap cantik dan mempesona itu. Misalnya dengan menuliskan harga nominal Rp789.899,-
Angka nominal seperti tertulis di atas terbukti efektif sebagaimana telah dibuktikan pada satu percobaan yang dilakukan oleh MIT dan University of Chicago. Diterangkan bahwa satu produk serupa bisa terjual hingga 24% lebih banyak pada saat dilabeli harga sebesar 39 dolar, ketimbang patokan harga dengan angka 34 dolar.
Angka cantik ini juga berlaku pada program diskon dan program promo serupa. Pengumuman potongan harga bertuliskan “Biasa dijual dengan harga Rp200.000,- kini bisa Anda dapatkan hanya dengan Rp189.000,-” mampu terjual lebih banyak dibandingkan dengan pengumuman “Biasanya Rp200.000,- sekarang dijual Rp140.000,-”.
Memang banyak orang mengatakan, bahwa metode mempercantik angka cantik ini teramat klise dan terlihat tak masuk akal. Akan tetapi kenyataan membuktikan justru hal ini masih sangat efektif diminati konsumen.
Dalam penerapan harga seiring dengan program pemasaran, sila minimalisir dan atau hindari “perintah membandingkan” kepada calon konsumen.
Calon pembeli ada kecenderungan menjadi ragu, bahkan ada kemungkinan malah menjadi merasa tertipu ketika mengetahui perbedaan harga dari produk serupa. Selain itu, apabila disodorkan perbandingan harga, calon pembeli bakal membutuhkan waktu lebih lama, alih-alih menentukan langkah pembelian.
Tips terbaik pada cara menetapkan harga produk, ketimbang membandingkan harga produk kita dengan pesaing, akan lebih baik apabila kita berfokus pada program penjualan. Misalnya lebih mengedepankan kelebihan dari produk ataupun jasa yang kita pasarkan. [uth]
Keterangan:
Sumber Gambar: alralifestyle.com