TAK sedikit yang berpendapat bahwa mengelola keuangan menjadi tanggung jawab akuntan atau kasir dan mereka yang memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar akuntansi. Pendapat jamaknya adalah; “keuangan harus dipegang oleh mereka yang memiliki latar pendidikan terkait dengan finansial.” Padahal tak selamanya pendapat itu benar.
Mengapa pendapat tentang “mengelola keuangan harus dipegang oleh mereka yang berlatar pendidikan keuangan” itu salah?
Jika kita runut dalam kehidupan sehari-hari, di mana mata uang menjadi nilai tukar dan instrimen kekayaan saat ini, maka selama kita masih hidup di dunia mau tidak mau kitapun wajibmengetahui perihal pengelolaan keuangan. Minimal dasar-dasar pemasukan dan pengeluaran. Ini berlaku pada siapa saja, bukan saja pada orang tua atau mereka yang sudah berkeluarga, namun juga bagi Anda yang masih muda, remaja, dan beranjak dewasa. Bagi yang sudah bekerja, ataupun bagi Anda yang masih sekolah pun masih duduk di bangku kuliah.
Dengan demikian, mengelola keuangan ini seyogyanya sudah dipraktekkan sejak dini. Yaitu dididik sedari anak-anak, dan kemudian dibiasakan ketika beranjak dewasa, serta usia remaja.
Lalu apa saja hal-hal yang bisa mulai dilakukan dan kemudian dibiasakan dalam pengelolaan keuangan itu? Di bawah ini adalah beberapa di antaranya.
Daftar Isi
Hal yang paling penting dalam mengelola keuangan adalah mengetahu dan menyadari dari mana asal uang itu datang, dan kemudian digunakan untuk apa saja uang itu dikeluarkan. Sebagai contoh, ketika masih kuliah Anda mendapatkan uang satu juta rupiah dari orangtua sebagai bekal hidup sebulan di rummah kos, maka sedari awal Anda juga wajib menentukan bakal ke mana saja dan untuk apa saja uangmu itu di keluarkan.
Sebagai ilustrasi, misalnya sebesar 60% buat makan, 15% untuk transportasi, 15% untuk beaya keperluan kuliah, dan 10% lagi dialokasikan untuk keperluan tak terduga. Artinya, jatah makan adalah Rp600.000,- transportasi sebesar Rp150.0000,- keperluan kuliah sebanyak Rp150.0000,- dan seratus ribu untuk keperluan tak terduga. Bisa saja kan di tengah-tengah bulan motor rusak?
Dari ilustrasi di atas maka bisa disempitkan lagi perhitungannya, yaitu ketika dibagi 30 hari, maka setiap harinya Anda memiliki plafon pengeluaran sebesar Rp20.000,- untuk makan, sebanyak Rp5000,- masing-masing untuk beaya keperluan kulian plus transportasi (total Rp10.000,- tiap hari), dan sisanya adalah beaya tak terduga. Dan jangan senang dulu ketika beaya tak terduga ini tidak terpakai, karena dari situ juga bisa Anda tabung. Minimal buat jaga-jaga, siapa tahu di bulan berikutnya ada kebutuhan dadakan yang besar.
Tentu ini hanya sebatas contoh ilustrasi kasarnya. Karena selanjutnya hanya Anda yang bisa mengerti perihal kebutuhan yang ada di hari kemudian. Andalah yang paling paham dengan situasi dan kondisi sendiri dan juga dilihat dari kebutuhan lingkungan Anda. Artinya, dalam membuat perencanaan keuangan, Anda juga wajib tahu segala pernak-pernik yang hendak dimulai.
Wah berat dong, karena musti membikin daftar kebutuhan dan mikir keperluan lingkungan juga. Ya, apapun jika tak segera dimulai dengan tindakan akan terasa berat. Yang paling memungkinkan adalah memulainya, karena ketika sudah bertindak, kelak seiring proses akan menjadi tahu dan terbiasa. Dengan langsung praktek, kitapun akan terus bisa mengevaluasi, karena semakin paham kebutuhan secara rigit. Mana yang tepat, dan mana saja yang kurang pas diaplikasikan.
Di era millenial sekarang ini, perihal pengelolaan keuangan sudah tak repot lagi mengaplikasikannya. Karena ada banyak hal bisa dipelajari ketika Anda sudah berselancar di dunia internet. Salah satu caranya mengelola keuangan itu adalah dengan menggunakan aplikasi AKUN.biz pada gadget pun komputer Anda.
Terjadinya uang habis, yang menjadi alasan jamaknya tak lain adalah karena “kurang tepat dalam membelanjakannya.” Terlalu konsumtif, tak bisa kontrol keinginan, dan tak bisa membedakan mana yang menjadi prioritas dan mana yang bukan prioritas. Memang tak menjadi masalah jika kita menuruti kesenangan, karena toh hidup ini wajib dibikin senang :).
Makan-makan, piknik-piknik, dan kesenangan lain tak dosa dilakukan. Hanya saja menjadi tak baik ketika hal itu dilakukan tanpa ada kontrol, hilang kendali. Karenanya, balik lagi, bikin perencanaan sebaik mungkin, termasuk perencanaan anggaran bersenang-senang itu.
Anda mempunyai rekening di bank? Atau malah sudah punya lebih dari satu ATM di tangan? Ditambah kartu kredit? Untuk apa rekening, kartu ATM, dan kartu kredit itu? Sekadar buat transaksi transit-transfering dari orangtua?
Cobalah sadari, bahwa rekening bank itu juga bisa digunakan untuk menabung.Masih tak bisa kontrol uang juga karena selagi di bank tangan Anda gatel pingin membuatnya jadi cash? Di bank Anda keberatan karena biaya administrasinya terlalu tinggi?
Oke, dalam menabung, sekarang ini ada banyak kok medianya. Anda bisa menggunakan instansi-instansi selain bank dalam menabung lho. Misalnya sekalian saja mengambil asuransi unitlink. Atau bahkan bisa memanfaatkan pegadaian yang saat ini juga membuka tabungan uang Anda dalam kurs emas lagi. Kurang apa lagi?
Hal yang musti diingat, ketika Anda susah membuat tabungan, sila cari media yang itu menjadikan Anda tak gampang mencairkannya.Iya, ini memang sederhana, tapi tak gampang melakukannya lho. Tapi percaya diri saja deh untuk segera praktek.
Sudah banyak artikel yang memaparkan orang-orang sukses di dunia ini memulainya dari langkah satu, bahkan ada pula yang justru memulai dari minus. Gali lubang tutup lubang. Mereka pun tak menjadi malu dan gengsi hanya karena memunguti uang receh. Pendiri Facebook, pembuat Whats App, pendiri google, dan masih banyak lagi contoh orang-orang sukses itu.
Jika menyimak lebih dalam orang-orang sukses itu, yang tak bisa diabaikan adalah mendidik diri untuk terus disiplin dalam bekerja dan selalu disiplin dalam mengatur pun mengelola keuangan. Setelah menyimak, lanjut saja melihat pada diri kita, pernahkah kita tak malu ketika harus memungut uang receh? Harus gengsikah kita ketika musti kerja memungut sampah? Tak malaskah kita ketika harus kerja paruh waktu mengangkat botol-botol bekas minuman dengan gaji kecil?
Hal fantastik tak harus dilakukan dengan modal besar dan musti merepotkan orang lain. Dengan mulai tekun kerja apa saja, dengan langsung praktek mengumpulkan uang meski hanya recehan, tak pelak di kemudian hari kita akan merasakan kefantastikan itu sendiri. Akhir tahun misalnya, membuka dan kemudian menghitung kumpulan recehan, bukan tidak mungkin kita akan bilang “Wowww..” karena melihat hasilnya.
Banyak orang memiliki niat awal bekerja, baik paruh waktu ataupun bukan, adalah hendak tercukupi dan bisa menuruti segala kebutuhan pun keinginannya. Sehingga ketika sudah kerja, dan menerima upah, segala kemauan dan keinginan itu segera dituruti. Makan di restoran, piknik seminggu tiga kali, ajak teman-temannya main games, dan kesenangan-kesenangan lain.
Yang harus disadari adalah, ketika Anda sudah bekerja, dan kemudian menuruti segala kemauan. Artinya kontrol Anda sudah hilang. Bahkan bukan saja dalam mengontrol uang, melainkan juga mengendalikan dan mengatur waktu. Kalau sudah nge-games bukan tidak mungkin akan ngelantur waktunya, bukan? Dan imbasnya juga bukan tidak mungkin akan membuat Anda capek dalam bekerja, kuliah, dan melakukan kewajiban lain, bukan?
Bayangkan bila baru di tengah bulan saja uang Anda sudah habis, badan capek, konsentrasi pada kewajiban kuliah juga hilang. Arah mana yang henda Anda tuju?
Nah, karenanya pengamatan menjadi hal yang sangat penting. Karena akan menjadi tak produktif ketika Anda hanya menggunakan “aji mumpung.” Ada hal-hal yang musti di amati, kemudian dikendalikan, dan diseimbangkan.
Memiliki banyak uang tak berarti kita sah dalam urusan boros, namun bukan berarti pula kita harus pelit alih-alih mengetatkan pengelolaan keuangan. Pernahkah Anda melihat orang kaya namun hidupnya justru malah gelisah? Jika belum, mungkin Anda harus mengamati sekitar lagi.
Ada lho orang banyak uang, namun justru resah karena ketakutan bangkrut, ketakutan kehilangan kekayaan, takut kemalingan, dan ektakutan-ketakutan lain. Seolah uang ini akan dibawa mati. Dan iapun “kehilangan kepercayaan” kepada orang lain. Tak mau mempekerjakan security, tak berniat mengambil tetangga untuk jaga malam, karena selain ogah mengeluarkan uang juga sudah tak percaya lagi dengan tetangga.
Hal yang butuh disadari, akan tetap menjadi manusia seutuhnya adalah ketika kita ini juga tak merem dengan lingkungan dan kebutuhan sekitar. Karenanya bersedekah dan beramal menjadi hal yang juga sangat baik dilakukan. Keikhlasan akan membawa kedamaian hati Anda. Kebaikan yang kita terapkan tak akan membuat lari kebaikan orang lain kepada kita.
Demikian beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mengelola keuangan. Jadi bagaimana, bisakah anak muda mengelola keuangan? Jawabannya “bisa!.” Kunci utamanya adalah segera lakukan. Karena kalau hanya berhenti pada teori, banyak orang juga bisa. Namun jangan menyesal jika kelak di kemudian hari hanya akan berhenti menjadi “wacana.” Untuk mengetahui cara pengaplikasian keuangan lebih lanjut, sila Anda bisa menyimaknya di: