Istilah capital budgeting mungkin terdengar asing di telinga beberapa orang. Namun jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, istilah ini sebenarnya cukup umum kita dengar, khususnya dalam masa perintisan sebuah bisnis yakni penganggaran modal.
Capital budgeting atau penganggaran modal adalah hal yang cukup umum ada dalam praktik sebuah bisnis atau perusahaan. Tak hanya pada saat awal perintisan sebuah bisnis, tapi juga bisa pada saat akan membuka cabang baru, pabrik, ataupun saat akan membeli banyak peralatan operasional baru dan menerima pendanaan.
Salah satu tujuan utama dari penganggaran modal di awal adalah agar dana yang ada dapat terkelola dengan baik. Sehingga ke depannya proyek dari bisnis tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan dan tidak ada penyalahgunaan. Selain itu, penganggaran modal ini juga perlu untuk memastikan bahwa proyek tersebut dapat memberikan profit yang sebanding di masa mendatang.
Nah, pada artikel berikut ini, AKUN.biz akan memberikan pembahasan lengkap mengenai apa itu capital budgeting, tujuan, dan metode yang kerap digunakan.
Daftar Isi
Definisi capital budgeting adalah sebuah proses evaluasi dalam bisnis sebelum menjalankan proyek besar seperti membangun pabrik baru, membuka cabang, merilis produk baru ke pasar, hingga membeli peralatan operasional dalam jumlah massal ataupun saat akan menerima suntikan modal dari investor.
Sederhananya, capital budgeting adalah proses penganggaran modal di mana pelaku bisnis harus mampu melakukan evaluasi terhadap proyek dan investasi besar dalam perusahaan.
Dalam hal ini, capital budgeting akan melibatkan proses peninjauan arus kas masuk dan keluar untuk memastikan bahwa proyek tersebut dapat memberikan hasil yang lebih dari modal yang keluar.
Tujuan dari capital budgeting atau penganggaran modal adalah sebagai berikut:
Ada banyak metode yang bisa digunakan dalam proses penganggaran modal. Namun di bawah ini, AKUN.biz akan memberikan beberapa daftar metode analisis yang cukup umum dalam capital budgeting. Apa saja itu?
Metode pertama adalah Net Present Value atau NPV yang cukup umum kita temui pada sebuah proyek atau investasi. Metode ini memungkinkan perusahaan dapat mengukur profitabilitas dari proyek yang akan berjalan.
Lewat metode NPV ini, perusahaan bisa mengetahui apakah proyek yang telah di rencanakan layak untuk di eksekusi atau tidak. Apabila hasil dari NPV ini positif, maka bisa dapat kita simpulkan bahwa proyeksi pendapatan dari proyek atau investasi yang berjalan lebih besar jika berbanding dengan biaya yang akan keluar.
Metode capital budgeting yang berikutnya adalah Internal Rate of Return (IRR). Metode ini biasanya terpakai untuk mengukur tingkat efisiensi sebuah proyek atau pendanaan dengan cara menghitung bunga investasi dengan nilai investasi saat ini yang berlandaskan perhitungan kas bersih di masa depan.
Sederhananya, jika perhitungan IRR menunjukkan nilai yang lebih besar daripada modal yang akan dikeluarkan, maka proyek atau pendanaan tersebut layak untuk dijalankan. Begitu pun sebaliknya, jika perhitungan IRR menunjukkan nilai yang negatif, maka sebaiknya pikirkan kembali untuk menjalankan proyeknya.
Lalu ada Average Rate of Return (ARR) yang umumnya di gunakan untuk melakukan evaluasi proyek yang akan berjalan. Metode ini memungkinkan perusahaan bisa melihat gambaran keuntungan yang bisa didapat selama masa investasi atau pendanaan proyek tersebut.
Rumus ARR sendiri adalah perbandingan antara keuntungan bersih rata-rata tahunan dengan nilai investasi di awal.
Itulah tadi artikel mengenai definisi apa itu capital budgeting, tujuan, dan metode yang umum di pakai. Meskipun terlihat sepele, namun penganggaran modal menjadi tahap penting yang tak boleh perusahaan atau pelaku bisnis abaikan.