JIKA ada Kakeibo sebagai teori hidup hemat ala orang Jepang lalu adakah cara mengelola uang ala orang Jawa, atau orang Indonesia pada umumnya? Pertanyaan semacam ini bisa saja mendapatkan jawaban tidak dan juga iya. Jawaban “tidak” kemungkinan terjadi akibat kita jarang sekali menggali budaya yang ada di sekitar kita, yang notabene merupakan budaya leluhur. Sedangkan jawaban “iya” mungkin juga karena pernah menelaah satu kalimat idiom Jawa yang berbunyi “Desa Mawa tata, Negara Mawa Cara”.
Idiom Jawa “Desa Mawa tata, Negara Mawa Cara” kurang-lebih dapat didefinisikan bahwa setiap tempat itu memiliki tatanan dan juga adat-istiadatnya sendiri. Tentu saja hal tersebut merupakan buah pikir para pendahulu dan leluhur satu tempat yang disinggahi.
Daftar Isi
Kembali ke cara mengelola uang ala orang Jawa berbanding dengan orang Jepang, sejatinya teorinya akan serupa dan tak jauh berbeda pada saat diterapkan. Hanya saja mungkin memang dalam hal menuliskan metode inilah yang jarang dilakukan oleh orang Jawa. Kita sangat mahfum, karena memang ada kecenderungan budaya ‘getok tular’ yang lebih dominan di lingkungan masyarakat Jawa.
Ketika menyimak usianya pula, maka bisa jadi peradaban itupun hampir seusia, atau malah bisa lebih lama. Who knows? Kakeibo adalah sebuah metode menghemat uang yang terkenal dari Jepang dan telah diterapkan sejak ratusan tahun lalu, kemudian apa budaya di Jawa itu? Anda pernah melihat kendhi, yaitu wadah air minum terbuat dari tanah? Atau Anda juga sempat tahu kendhil alias periuk? Sejak kapan Anda melihatnya? Telah digambarkan dalam berbagai literasi, sudah sejak lama periuk itu ada, bukan? Selain periuk, ada pula lumbung yang biasa digunakan untuk menyimpan padi. Dan lebh dari itu, ada pula tanah-tanah warisan yang saat itu dilarang untuk dijual, bukan?
Nah, dari peradaban Jawa yang telah bisa disaksikan bersama itu, kita akan bisa membeberkannya.
[Baca juga: Rencana Keuangan Sebelum Usia 30 yang Wajib Kamu Persiapkan!]
Ketika mengamati Kakeibo sebagai teori hidup hemat ala orang Jepang, maka di sana ada pembagian harta dalam beberapa kategori. Di antaranya adalah Survival, Optional, Culture, serta Extra.
Empat hal ini sangat bisa diejawantahkan dalam pola dan cara mengelola uang ala orang Jawa. Gambarannya sebagaimana terpaparkan di bawah ini.
Kendhi sebagai tempat air seperti ceret, ataupun kendhil yang memiliki fugsi sebagai tempat menanak sekaligus menaruh nasi pun makanan lain. Artinya, dua wujud tempat yang berasal dari tanah liat itu memiliki fungsi menjami kelangsungan hidup kita di keseharian. Ya minum, ya makan. Karenanya, kita bisa memasukkan kebutuhan harian ataupun berkala ke dalam kategori Kendhi & Kendhil ini.
Kebutuhan berkala itu bisa saja meliputi makan/minum, transportasi, membayar air, membayar listrik, dan semacamnya. Jadi, sila alokasikan dana Anda ke dalam Kendhi & Kendhil ini. Karena keberadaan dana ini fungsinya adalah untuk keselamatan hidup, atau boleh dikatakan survival.
Lumbung biasanya digunakan untuk menyimpan panen padi. Dan penyimpanan itu durasinya bermacam-macam, bergantu kebutuhan dan juga cuaca/musim. Apabila memang kebutuhannya akan banyak, tentu akan menyimpannya lebih. Umpanya menyimpan padi dengan tujuan guna bekal selamatan pada hajatan pun pernikahan anak tahun berikutnya. Atau simpanan itu guna mengantisipasi keadaan. Misalnya diperkirakan setengah tahun yang akan datang tak ada pasokan air untuk pertanian, sedangkan musim sudah menginjak kemarau.
Nah, hal ini sangat masuk akal dimasukkan sebagai sala satu pola dan cara mengelola uang ala orang Jawa. Kita musti menyisihkan uang yang diperoleh untuk beberapa saat ke depan. Entah karena memang kita memiliki agenda piknik, membeli buku, membeli pakaian, mengeluarkan biaya pendidikan, menghendaki beribadah ke tanah suci, dan hal lain yang serupa. Selain memang mengalokasikan dana pada perencanaan, kita juga harus menyisihkan sebagian lainnya guna mengantisipasi keadaan yang memang sudah bisa diprediksi, entah perihal pembiayaan kendaraan, mengatasi hasil jualan apabila sepi (apabila pedagang), dan masih banyak lagi.
Secara tak langsung bisa dikatakan bahwa kategori lumbung ini sifatnya adalah berkala.
Sebagaimana arti kata warisan, dana kita bisa kita masukkan dalam kotak dengan nama kategorinya adalah “waris”. Jika Lumbung sifatnya adalah berkala, maka pengalokasian dana pada “waris” ini bisa ditujukan untuk jangka panjang. Sebagai contoh dana pensiun.
Sigap dimasukkan dalam tahapan tata-cara mengelola uang ala orang Jawa, sejatinya serupa dengan dana extra pada Kakeibo-nya orang Jepang.
Seperti artinya, sigap merupakan tindakan yang siaga pun waspada. Musti siap dan cekatan mengatasi masalah yang timbulnya mendadak dan bahkan tak terduga. Begitu pun pada pengalokasian dana kita sebagai bagian cara mengelola uang ala orang Jawa. Dana berkategori sigap harus kita sediakan, karena kita tak akan pernah tahu keadaan ke depannya.
Apabila Anda telah ikut dalam program asuransi, maka sebenarnya dana asuransi itu adalah juga salah satu bagian pengalokasian dana kita ada kategori sigap. Namun alangkah baiknya ketika tak hanya sebatas pada asuransi dalam mengalokasikan dana sigap ini, karena ada banyak kebutuhan lain yang sifatnya juga mendadak. Sebagai contoh ketika saudara di luar kota meninggal, dan kita harus mengunjungi. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Demikian mengenai cara mengelola uang ala orang Jawa yang bisa diterapkan. Yang pasti mari kita menabung dan selalu atur sedini mungkin keuangan kita. Ada bagian yang untuk keseharian, ada yang untuk memenuhi hobi, ada pula yang dianggarkan untuk keperluan dadakan. Dan jangan lupa sisihkan dana untuk hari tua kelak, sehingga usia pensiun kita tak lagi menjadi renta tiada makna. [uth]
Keterangan:
Sumber Gambar Kendhi: tembi.net