KEUANGAN di usia 30 tahun menjadi satu hal yang harus diperhatikan ketika menjalani hidup, apalagi jika menghendaki kehidupan yang lebih layak. Artinya, jika berbicara mengenai keuangan, yang itu adalah salah satu penopang hidup penting, maka kita tak bisa mengabaikan perhitungan masa yang sedang berjalan, termasuk di dalamnya adalah durasi usia hidup manusia.
Kenapa harus langsung menyebutkan angka usia 30 tahun?
Karena jika mengacu pada usia rata-rata hidup manusia hingga 60 tahun, maka 30 tahun merupakan separoh perjalanan. Itu berarti apa yang hendak digapai dan dicita-citakan sudah seharusnya mencapai angka 50%. Tapi apakah sudah banyak yang mencapai angka 50% target hidup pada usia 30 tahun? Bisa jadi masih belum banyak.
Persoalan sebenarnya bukan pada banyak atau belum manusia berusia 30 tahun mencapai target angka 50%. Akan tetapi sebuah kesadaranlah yang musti dibangun. Misalnya, “jika usia kita sudah masuk di angka 30 tahun, dan masih belum memiliki apa-apa, apalagi kepemilikan aset, sudah semestinya kita review, kemudian berkontemplasi; Bagian manakah yang salah dan harus dibenahi pada diri ini?”
Daftar Isi
Ketika berpikir mengenai keuangan di usia 30 tahun, ada dua hal yang harus kita jadikan elemen-indikator dalam berpijak; Keinginan dan Kebutuhan. Pasalnya, jika harus melihat waktu ke depan, pada usia 30 tahunan kita wajib memiliki kemampuan dalam membedakan hal apa yang darurat dan penting, hal apa juga yang sifatnya tak begitu urgent dan lebih bersifat karena “ingin dan kepingin” saja.
Belanja memang merupakan aktivitas yang menyenangkan. Tetapi kalau belanjanya ngawur yang pada akhirnya mengarah pada tindakan kebablasan, tentu ini adalah hal buruk dan tak dianjurkan. Karena efeknya u akan membuat keuangan kita jatuh berantakan. Jadi demi keuangan yang sehat, belanjakanlah uang Anda pada hal-hal yang lebih dibutuhkan dan penting. Bukan hanya belanja sesuka hati dan sekadar karena keinginan. Hitung ulang pengeluaran dan pendapatan, sebanding atau enggak? Untuk lebih mudah dalam pembukuannya, sila gunakan pula aplikasi sederhana buku kas online AKUN.biz
Angka usia 30 tahun sudah seharusnya membuat manusia ini lebih paham dan mengetahui total anggaran dari biaya pensiun yang dibutuhkan untuk jaminan hari tua kelak. Baik menyangkut besaran angka cicilan dana pensiun yang harus disisihkan, ataupun asumsi umur pencairan dana pensiun tersebut.
Ketika dihitung ulang kok misalnya justru tak menutup kebutuhan di hari tua kelak, maka di usia 30 juga harus memikirkan plan A, B, C, D, dan seterusnya.
[Baca juga: Langkah Perubahan Finansial yang Lebih Baik]
Hal lain yang perlu disadari adalah, bahwa seiring waktu berjalan, maka usia pun membawa sikap dan kebutuhan manusia ini semakin kompleks. Sebagai contoh pada saat 20 tahun dan masih belum punya uang, mungkin kita akan bilang, “Ah kelak di usia 30 tahun aku harus punya tabungan banyak, dan harus menjalankan investasi.”
Tapi kenyataannya apa? Cita-cita itu masih sebatas wacana, karena kenyataannya toh tak ada yang banyak berubah. Usia 30 tahun kondisinya tak jauh berbeda dengan 20 tahun, bahkan adakalanya malah grafiknya menurun. Bagaimana tidak menurun? Lha wong di usia 20 tahun masih lajang dan kadang masih di-support orang tua, giliran usia 30 tahun, sudah banyak kebutuhan, sudah menikah, sudah mikir beli susu untuk anak, padahal orangtua juga sudah pensiun.
Kompromi, berbagi, saling mengerti, dan saling menguatkan adalah beberapa hal yang melandasi dua orang menjadi satu, berpasangan. Sikap semacam itulah yang semestinya dijalani dalam kehidupan suami istri usia 30 tahunan.
Ketika harus saling mengerti perihal keadaan orangtua masing-masing, harus saling memaklumi keadaan yang sedang sama-sama dibangun, hal yang tak boleh ditinggalkan adalah membangun kebersamaan dalam menyiapkan hari tua kelak. Sebagai contoh adalah membuat kesepakatan dalam menyisihkan uang untuk berinvestasi.
[Baca juga: Kesalahan Mengatur Keuangan itu Apa Saja Penyebabnya?]
Jika Anda bekerja, maka hal yang tak boleh dilupakan ihwal keuangan di usia 30 tahun adalah kompensasi yang diperoleh dari kantor tempat bekerja. Sebagai contoh BPJS, DPLK (BRI), unit link (asuransi + investasi), dan masih banyak lagi.
Dengan mengetahui kompensasi yang bakal diterima, harapannya kitapun bisa berhitung mengenai banyak hal di kemudin hari.
Masih pada usia 30 tahun, seyogyanya juga mulai berpikir tentang sosok ahli waris yang hendak kita tunjuk dan sah memenuhi sarat hak waris. Ini perlu dipikirkan karena kita tak tahu ke depan mau seperti apa. Hal yang perlu disadari; saat usia semakin bertambah, tentu kitapun memiliki risiko yang juga semakin bertambah. Padahal bukan tidak mungkin pada saat bersamaan kita sudah memiliki aset.
Dengan menunjuk dan menuliskan ahli waris secara tepat, kelak kemudian hari, apalagi ketika usia juga sudah senja, kita sedikit lebih bisa ringan berpikir. Karena kecil kemungkinan menghadapi masalah perselisihan tentang warisan.
Demikian beberapa hal yang wajib kita ulas dan kemudian kita pikirkan terkait keuangan di usia 30 tahun. Tentu ketika kita menghendaki usia tua yang lebih baik. []